Dosa besar : gemar berdusta
Baca Juga :
GEMAR BERDUSTA
Dusta adalah sifat orang munafik, Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati” (HR. Bukhari)
"Sesungguhnya Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang-orang yang berlebih-lebihan dan pendusta" (QS. Al-Mu'min: 28)
Ayat ini menunjukkan banyak berdusta dapat mengakibatkan tertutupnya pintu hidayah, dan ini merupakan kerugian yang sangat besar, karena bila seseorang tidak mendapat hidayah ia akan terjerumus dalam kesesatan.
Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
“Jauhilah dusta karena dusta itu menyeret pada kefajiran dan kefajiran itu menyeret ke neraka. Dan tidaklah seserang berdusta dan biasa berdusta hingga ia dicap sebagai pendusta” (HR. Muslim, Tirmidzi)
Hadits ini menjelaskan bahayanya dusta, seorang menjadi pendusta dimulai dari sedikit demi sedikit hingga terbiasa hingga dicap sebagai pendusta di mata Allah.
Dahulu zaman Nabi, untuk menyebar dusta umumnya orang perlu keluar rumah dahulu, namun di zaman sekarang hal menyebarkan dusta begitu mudah bahkan tidak perlu keluar rumah cukup dengan bantuan media elektronik, mengupload ke internet, dan tersebar ke seluruh dunia. Dengan perbuatan ini, ia akan menanggung dari setiap manusia yang membaca dustanya. Maka hati-hati akan hal ini, perhatikan ancaman yang disabdakan Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam saat menceritakan tentang mimpinya,
"Adapun laki-laki yang engkau lihat disobek tulang rahang hingga tengkuknya, lalu dari hidungnya hingga tengkuknya, lalu matanya hingga tengkuknya, maka dia adalah seorang yang keluar di pagi hari dari rumahnya lalu menyebarkan dusta hingga memenuhi cakrawala" (HR. Bukhari)
Berhati-hati pula dalam menyebarkan berita yang tidak kita ketahui kebenarannya, karena hal tersebut bisa membuat kita dicap sebagai pendusta. Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Cukuplah seseorang dikatakan pendusta ketika ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar” (HR. Abu Daud)
Banyak pula orang tua menanamkan jiwa pendusta dalam diri anak, seperti orang tua bercanda dengan membohongi anaknya. Padahal anak fitrahnya dilahirkan dalam kondisi jujur dan dirusak dengan cara-cara pendidikan seperti ini.
DUSTA YANG DIPERBOLEHKAN
Dusta diharamkan karena di dalamnya terdapat bahaya bagi lawan bicara atau juga bagi selainnya. Namun jika berdusta terkait sebuah maslahah syar’iyyah, hukumnya boleh. Misalnya ketika sedang perang dan tidak tercapai tujuannya kecuali dengan dusta, atau ketika mendamaikan dua orang yang berselisih untuk mengambil hati salah satunya, atau ketika suami-istri terancam kerukunannya kecuali dengan dusta. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
“Tidak halal berdusta kecuali pada 3 hal: seorang suami berbicara kepada istrinya supaya ia ridha, atau berdusta ketika perang, atau untuk mendamaikan orang yang berselisih” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, dihasankan Al Albani)
Karena pembolehkan dusta ini sebatas pada hal yang darurat, maka TIDAK BOLEH BERMUDAH-MUDAH dalam hal yang sebenarnya tidak perlu berdusta.
🌐 radiorodja.com, kangaswad.wordpress.com
Alhikmahjkt
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini