Yuk, nabung buat nikah
Baca Juga :
NABUNG BUAT NIKAH
Seorang teman pernah bercerita. Bagaimana dia bisa menikah, walau ditantang:
Menyediakan uang Rp 15 juta. Padahal realitanya: dia cuma punya Rp 150 ribu. Itupun dipotong biaya pengobatan neneknya yang tengah sakit.
Lalu, apa yang dia harus lakukan?
Usaha. Laki-laki yang luar biasa. Dia pergi ke stasiun kereta. Membawa krupuk-krupuk kecil yang dibungkus sederhana. Satunya seharga seribu saja.
Alhasil?
Tidak laku. Sudah bersimbah peluh, terasa sia-sia upayanya.
Jelang hari menikah, masih juga kosong kantongnya. Dia sudah ikhtiar, sungguh. Maka, dia langkahkah kaki. Pagi-pagi, dia bersimpuh dan munajat. Menagih janji Tuhannya. Yang berfirman:
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Dia sudah di ujung. Hari H di depan mata. Itu satu-satunya yang tersisa. Minta. Minta. Minta. Berjam-jam, dia memohon pada Allah ‘Azza wa Jalla.
Jelang siang, dia dipanggil pulang. Tak lama, ada yang memberi uang. Terus, terus, terus. Berjuta-juta terkumpul. Dari tetangga, dari ibu temannya, dan masih banyak lagi.
Masya Allah.
Akhirnya dia bisa menikah. Dan berbagi cerita ini dengan saya, yang detik ini pun merinding membayangkan kerja keras dan kesungguhannya.
Wahai. Saya jadi teringat betapa banyak ikhwan ingin menargetkan mapan dulu sebelum pernikahan. Caranya? Dengan menabung sedikit demi sedikit, sampai punya uang. Untuk membeli rumah, perabotan, sampai penyelenggaraan.
Alhasil, tidak sedikit yang jadi terlalu fokus dengan biaya. Misal, resepsi. Ya, tentu saja: harganya variatif. Bisa di bawah 10 juta. Bisa di atas 10 juta; kisaran 20 juta, 30 juta, 50 juta. Tapi, kadang-kadang, bertanya semacam ini malah bikin jiper. Apalagi pas mereka tahu: ada camer yang minta sampai 100 juta. Selanjutnya, ting! Ajaib. Keinginan menikah raib sekejap. Dicekam harga sewa tenda, beli konsumsi, cetak undangan, souvenir, baju pengantin....
Karenanya, dalam al-Quran, tepat sekali Allah menyinggung soal "uang modal nikah" dan menyambungkannya dengan ikhwan. Memang masalah itulah yang kerap bercokol di kepala para jomblowan. Di bagian itu pulalah syaithan kerap membisikkan:
“Yakin kau mau menikah? Dengan apa kau menutupi kebutuhan keluargamu nanti? Untuk dirimu dan bantu-bantu orangtuamu saja tidak cukup.”
Maka, menjauhlah lanang-lanang itu dari gagasan pernikahan. Dan, sebagai gantinya, syaithan dekatkan pelan-pelan dengan perzinaan.
Ah, Kawan. Catat ini baik-baik:
Dari dulu, keragu-raguan adalah tipu daya syaithan dalam memperdaya anak Adam. Sedang Allah sudah peringatkan: jangan ikuti langkah-langkahnya! Apa gunanya iman kepada Allah, kalau masalah rezeki saja waswas, tak punya keyakinan?
Kita lemah karena terlalu matematika. Sedangkan rezeki itu tidak sama dengan 1 + 1 = 2.
Pahami: 1 + 1 itu bisa berarti 5, 16, 100. Karena Allah yang mengatur semua. Bersandarlah pada Allah, maka Allah tak akan mengecewakan kita. Usaha dan doa. Doa dan usaha. Itu saja rumusnya.
Jangan terus-menerus khawatirkan soal uang. Bisa-bisa kau selamanya sendirian, murni gara-gara kau tak percaya janji Tuhan.
Tak usahlah beralasan belum ada uang.
Ini bukan soal kau tak punya uang.
Ini soal kau tak punya keyakinan.
Imanmu kelelep di timbunan biaya perkiraan.
Sumber : status nasihat, anonim
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini