Dosa besar : memusuhi wali-wali Allah
Baca Juga :
MEMUSUHI WALI (KEKASIH) ALLAH
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan perang kepadanya… ” (HR Bukhari 5/2384, no. 6137).
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan orang yang menjadi wali (kekasih) Allah Ta’ala, yaitu orang yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengamalkan ketaatan, mengerjakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan memperbanyak amal-amal sunnah, maka Allah membalasnya dengan penjagaan dan pertolongan-Nya. Dan Allah mengancam orang yang memusuhi wali-wali Allâh, dengan mengolok, mengganggu, menyiksa, menyakiti atau membenci mereka, dia akan mendapat siksa di dunia dan akhirat.
Setiap orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah adalah wali Allah Ta’ala, akan tetapi derajat/tingkat kewalian manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat keimanan dan ketakwaan mereka kepada-Nya.
Tingkat/derajat kewalian ada dua:
1) Derajat as-Sabiqun al-Muqarrabun (orang-orang yang sangat dekat kepada Allah Ta’ala dan selalu bersegera/berlomba dalam kebaikan). Inilah tingkatan yang tertinggi, yaitu orang-orang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan amal-amal shaleh yang wajib dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang haram, serta berupaya keras melakukan amal-amal sunnah yang dianjurkan dalam Islam dan meninggalkan perkara-perkara yang makruh (dibenci).
2) Derajat al-Muqtashidun Ashabul yamin (Golongan kanan yang bersikap sederhana dalam beramal), yaitu orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan menunaikan dan menyempurnakan amal-amal shaleh yang wajib serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang haram.
Adapun wali Allâh yang paling utama adalah para Nabi dan Rasul ’Alaihimus shalatu wassalam. Dan setelah mereka adalah para sahabat Radhiyallahu anhum, mereka merupakan contoh yang agung dalam mewujudkan perwalian kepada Allâh Azza wa Jalla . Barangsiapa ingin meraih ridha Allâh, maka hendaknya dia menempuh jalan mereka. Para shahabat adalah orang-orang yang dijanjikan ampunan oleh Allâh Ta’ala dan dijanjikan Surga. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Fath: 29.
Namun perlu diketahui para wali Allâh tidak ma’shûm (terjaga dari dosa). Mereka manusia biasa terkadang salah, keliru, dan berbuat dosa. Sebagaimana disebutkan dalam surat Az-Zumar: 33-35. Meski demikian, kita tidak boleh mencela apalagi mengganggu, memusuhi, menyakiti mereka. Bahkan kita dianjurkan untuk mendo’akan kebaikan untuk mereka.
🌐 muslim.or.id, almanhaj.or.id
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan perang kepadanya… ” (HR Bukhari 5/2384, no. 6137).
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan orang yang menjadi wali (kekasih) Allah Ta’ala, yaitu orang yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengamalkan ketaatan, mengerjakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan memperbanyak amal-amal sunnah, maka Allah membalasnya dengan penjagaan dan pertolongan-Nya. Dan Allah mengancam orang yang memusuhi wali-wali Allâh, dengan mengolok, mengganggu, menyiksa, menyakiti atau membenci mereka, dia akan mendapat siksa di dunia dan akhirat.
Setiap orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah adalah wali Allah Ta’ala, akan tetapi derajat/tingkat kewalian manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat keimanan dan ketakwaan mereka kepada-Nya.
Tingkat/derajat kewalian ada dua:
1) Derajat as-Sabiqun al-Muqarrabun (orang-orang yang sangat dekat kepada Allah Ta’ala dan selalu bersegera/berlomba dalam kebaikan). Inilah tingkatan yang tertinggi, yaitu orang-orang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan amal-amal shaleh yang wajib dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang haram, serta berupaya keras melakukan amal-amal sunnah yang dianjurkan dalam Islam dan meninggalkan perkara-perkara yang makruh (dibenci).
2) Derajat al-Muqtashidun Ashabul yamin (Golongan kanan yang bersikap sederhana dalam beramal), yaitu orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan menunaikan dan menyempurnakan amal-amal shaleh yang wajib serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang haram.
Adapun wali Allâh yang paling utama adalah para Nabi dan Rasul ’Alaihimus shalatu wassalam. Dan setelah mereka adalah para sahabat Radhiyallahu anhum, mereka merupakan contoh yang agung dalam mewujudkan perwalian kepada Allâh Azza wa Jalla . Barangsiapa ingin meraih ridha Allâh, maka hendaknya dia menempuh jalan mereka. Para shahabat adalah orang-orang yang dijanjikan ampunan oleh Allâh Ta’ala dan dijanjikan Surga. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Fath: 29.
Namun perlu diketahui para wali Allâh tidak ma’shûm (terjaga dari dosa). Mereka manusia biasa terkadang salah, keliru, dan berbuat dosa. Sebagaimana disebutkan dalam surat Az-Zumar: 33-35. Meski demikian, kita tidak boleh mencela apalagi mengganggu, memusuhi, menyakiti mereka. Bahkan kita dianjurkan untuk mendo’akan kebaikan untuk mereka.
🌐 muslim.or.id, almanhaj.or.id
AlhikmahJKT
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini