Semangat Ramadhan
Baca Juga :
SEMANGAT RAMADHAN
Ramadhan merupa kekasih yang datang membawa berjuta rahmat, maghfirah (ampunan), keberkahan dan kemuliaan. Ia datang menjelma kekasih yang menaungi hati, mengayomi jiwa dan menetramkan sukma.
Dalam ruas-ruas waktu bersamanya itu kita tidak baik menyambutnya. Kita bahkan menyia-nyiakan apa yang dibawanya untuk kita. Ia mengunjungi kita dan membawa janji-janji langit. Kita percaya, tetapi kita tidak mengejawantahkan rasa percaya kita dengan kesungguhan beramal dengan sebaik-baiknya.
Sampai ketika tiba waktu untuknya pergi, kita ternganga sambil bergumam, "Alangkah cepatnya engkau pergi." Namun dengan suara lirih ia menegaskan, "Aku sudah lama di sini bersamamu, tetapi hatimu lalai. Hatimu kotor oleh dunia, sampai-sampai janji-janji langit itu seakan tak ada guna." Segera setelah itu ia berbisik, "Aku harus pergi. Jika takdir mempertemukanku denganmu lagi kelak, jangan lagi seperti ini lelakumu di bulan suci: cinta dunia dan malas ibadah tetapi penuh angan-angan beroleh ampunan dan bersemayam di surga lewat pintu Ar-Rayan."
Maka kini sebelum pergi meninggalkan kita yang tertunduk menyesal, Ramadhan menjelma menjadi guru yang memberi wejangan. Sambil menatap tajam mata kita, ia mengucap sabda, "Dengarlah, aku telah datang kepadamu sebagai anugerah, tetapi kau payah! Tak paham hakikat dan hanya menuruti hawa nafsu!."
"Mengertilah kau, bahwa Ramadhan adalah madrasah dan puasa adalah guru yang mengajarkan arti kesabaran, kesungguhan dan keikhlasan. Menjadilah orang yang cerdas sebagaimana yang dititahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terkasih:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
"Orang yang cerdas adalah orang yang memaksa dirinya dan beramal untuk (perkara) setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang selalu mengikuti keinginan hawa nafsunya, kemudian dia berharap diampuni Allah" (HR. Ahmad no. 17588; At-Tirmidzi no. 2647; Ibnu Majah no. 4401. hadits ini shahih menurut Al-Albani)
"Pahamilah olehmu, Tuhan-nya Syawal dan semua bulan adalah Tuhan-nya Ramadhan. Maka masukilah waktu-waktu berikutnya dengan semangat Ramadhan."
"Baiklah, sesaat lagi aku harus pergi. Semoga Allah mempertemukanmu denganku lagi dengan lebih baik dan semoga berjumpa pula kita di pintu Ar-Rayan."
Kita terdiam melepas kepergian Ramadhan sambil menunduk membendung mata yang bocor dan menjahit hati yang robek-robek.
✏ Ust. Fahrudin Majid, Lc
TheRabbaanians
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini