Kelak tangan ini akan bersaksi tentang apa saja yang telah aku tulis
Baca Juga :
Bismillaah.
Kelak, tangan kita akan bersaksi dihadapanNya, tentang apa-apa saja yg kita tulis selama ini di media sosial.
Sobat, salah satu alasan kita menggunakan media sosial, adalah kita ingin menggunakan media sosial ini sebagai ladang amal kita dengan cara da'wah yg kita bisa. Betul?
Maka yuk, mulai sekarang, buatlah tulisan, yg berisi ajakan, penjelasan tentang kebenaran, dan tema yg baik, yang bisa membawa manfaat bagi banyak orang. Kalau bisa, hindari tulisan yg kita buat, berbau menyudutkan seseorang selagi dia masih saudara kita semuslim.
Kenapa tak boleh menyudutkan seseorang muslim? Dia bermasalah loh, dia begini loh, dia begitu loh...
Jika kita mempunyai masalah dengan seseorang, arifnya adalah kita berbicara dengannya secara langsung bukan? Jika tak mampu, tetap doakanlah... jika masih tak membuahkan hasil, angkatlah dia kedalam tulisanmu, tentu dengan cara yg baik, tanpa harus lebih dulu mengungkap kejelekannya terhadap pribadi kita.
Bukankah mengungkapkan kejujuran itu harus? Maka jawabannya adalah YA.
Tapi apakah kita akan tulis mentah-mentah bahwa si Fulan/ah itu bla...bla...bla!!!? Tidak kan? Kita masih bisa menggunakan bahasa kiasan yg tak menjatuhkan harga diri seseorang.
Terkadang kita menulis tentang seorang muslim yg bermasalah dengan kita pribadi itu tanpa etika. Kita ingin menulis sejujur-jujurnya tentang dia, namun kita tak melihat nilainya, apakah sebanding dengan akibat yg akan timbul karena tulisan kita?
Kita berusaha untuk jujur dalam mengungkapkan kejelekannya, tapi apakah kita bangga dengan kita mengungkapkan kejelekannya di muka umum (tanpa sebelumnya kita perbaiki secara intern dengannya) tanpa sadar dia bisa sakit hati karena kita?
Karena kejujuran kita, dengan mengangkat kejelekannya kemuka umum, tidakkah kita takut nama, harga dirinya hancur di depan orang-orang? Sehingga banyak saudara muslim lainnya membenci pribadinya, menghujatnya habis-habisan karena akibat kejujuran kita?
Apakah kita lupa, bisa saja dia telah berubah sebelum kita angkat kejelekannya dimuka umum, tanpa harus menunjukan ke kita bahwa ia berusaha merubah kejelekannya itu. Bisa jadi keinginan dan tindakan ia untuk berubah "down drastis" karena celaan bertubi-tubi tertuju padanya karena akibat kejujuran kita? Bukannya hidayah menyapa, justru dia semakin jauh dari hidayah Allaah karena kita.
Dia punya masalalu, biarkanlah itu menjadi tanggungjawabnya dengan Allaah ta'ala...
Tugas kita, mengingatkannya akan kejelekannya, kesalahannya, tentu dengan cara yg Arif, cara yg tak melukai hatinya, merusak nama baiknya, merobek-robek harga dirinya sebagai seorang muslim di depan muslim lainnya...
Bahkan imam Syafi'i rahimahullaah pun sangat tak suka jika ada yg menasihatinya secara terang-terangan di muka umum... karena apa? Karena itu akan melukai hati... tidak mahukah kita mengambil teladan dari imam Syafi'i rahimahullaah tentang menasihati dengan seindah-indahnya akhlak?
Maka dari itu, yuk tulis yg baik-baik, sampaikan yg baik dan benar, jangan rusak ukhuwah sesama kita semuslim. Ada nasihat indah dari salah satu ulama kita, Dr. Bassam asy Staththi (semoga Allaah menjaga dan memberkahi ilmunya), beliau dosen bidang Aqidah dan Da'wah universitas Kuwait. Nasihat indah itu berbunyi "hapuslah kekhilafan agar terjalin ukhuwah, dan jangan menghapus ukhuwah karena sebuah kekhilafan..."
Karena kelak, tangan kita akan dimintai pertanggungjawabanNya tentang apa-apa saja yg telah kita tulis... maka semoga setiap tulisan tentang kebenaran yang kita niatkan untuk meluruskan baik di belakang/dimuka umum, mampu kita bingkai pula dengan seindah-indahnya adab dan akhlak dalam penyampaian.
Semoga bermanfaat.
~ Tsurayya Corner & team ~
Kelak, tangan kita akan bersaksi dihadapanNya, tentang apa-apa saja yg kita tulis selama ini di media sosial.
Sobat, salah satu alasan kita menggunakan media sosial, adalah kita ingin menggunakan media sosial ini sebagai ladang amal kita dengan cara da'wah yg kita bisa. Betul?
Maka yuk, mulai sekarang, buatlah tulisan, yg berisi ajakan, penjelasan tentang kebenaran, dan tema yg baik, yang bisa membawa manfaat bagi banyak orang. Kalau bisa, hindari tulisan yg kita buat, berbau menyudutkan seseorang selagi dia masih saudara kita semuslim.
Kenapa tak boleh menyudutkan seseorang muslim? Dia bermasalah loh, dia begini loh, dia begitu loh...
Jika kita mempunyai masalah dengan seseorang, arifnya adalah kita berbicara dengannya secara langsung bukan? Jika tak mampu, tetap doakanlah... jika masih tak membuahkan hasil, angkatlah dia kedalam tulisanmu, tentu dengan cara yg baik, tanpa harus lebih dulu mengungkap kejelekannya terhadap pribadi kita.
Bukankah mengungkapkan kejujuran itu harus? Maka jawabannya adalah YA.
Tapi apakah kita akan tulis mentah-mentah bahwa si Fulan/ah itu bla...bla...bla!!!? Tidak kan? Kita masih bisa menggunakan bahasa kiasan yg tak menjatuhkan harga diri seseorang.
Terkadang kita menulis tentang seorang muslim yg bermasalah dengan kita pribadi itu tanpa etika. Kita ingin menulis sejujur-jujurnya tentang dia, namun kita tak melihat nilainya, apakah sebanding dengan akibat yg akan timbul karena tulisan kita?
Kita berusaha untuk jujur dalam mengungkapkan kejelekannya, tapi apakah kita bangga dengan kita mengungkapkan kejelekannya di muka umum (tanpa sebelumnya kita perbaiki secara intern dengannya) tanpa sadar dia bisa sakit hati karena kita?
Karena kejujuran kita, dengan mengangkat kejelekannya kemuka umum, tidakkah kita takut nama, harga dirinya hancur di depan orang-orang? Sehingga banyak saudara muslim lainnya membenci pribadinya, menghujatnya habis-habisan karena akibat kejujuran kita?
Apakah kita lupa, bisa saja dia telah berubah sebelum kita angkat kejelekannya dimuka umum, tanpa harus menunjukan ke kita bahwa ia berusaha merubah kejelekannya itu. Bisa jadi keinginan dan tindakan ia untuk berubah "down drastis" karena celaan bertubi-tubi tertuju padanya karena akibat kejujuran kita? Bukannya hidayah menyapa, justru dia semakin jauh dari hidayah Allaah karena kita.
Dia punya masalalu, biarkanlah itu menjadi tanggungjawabnya dengan Allaah ta'ala...
Tugas kita, mengingatkannya akan kejelekannya, kesalahannya, tentu dengan cara yg Arif, cara yg tak melukai hatinya, merusak nama baiknya, merobek-robek harga dirinya sebagai seorang muslim di depan muslim lainnya...
Bahkan imam Syafi'i rahimahullaah pun sangat tak suka jika ada yg menasihatinya secara terang-terangan di muka umum... karena apa? Karena itu akan melukai hati... tidak mahukah kita mengambil teladan dari imam Syafi'i rahimahullaah tentang menasihati dengan seindah-indahnya akhlak?
Maka dari itu, yuk tulis yg baik-baik, sampaikan yg baik dan benar, jangan rusak ukhuwah sesama kita semuslim. Ada nasihat indah dari salah satu ulama kita, Dr. Bassam asy Staththi (semoga Allaah menjaga dan memberkahi ilmunya), beliau dosen bidang Aqidah dan Da'wah universitas Kuwait. Nasihat indah itu berbunyi "hapuslah kekhilafan agar terjalin ukhuwah, dan jangan menghapus ukhuwah karena sebuah kekhilafan..."
Karena kelak, tangan kita akan dimintai pertanggungjawabanNya tentang apa-apa saja yg telah kita tulis... maka semoga setiap tulisan tentang kebenaran yang kita niatkan untuk meluruskan baik di belakang/dimuka umum, mampu kita bingkai pula dengan seindah-indahnya adab dan akhlak dalam penyampaian.
Semoga bermanfaat.
~ Tsurayya Corner & team ~
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini