Menyikapi rekomendasi ulama
Baca Juga :
MENYIKAPI REKOMENDASI ULAMA
Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis –hafizhahullahu- berkata: Pujian ulama terhadap seseorang serta pemberian rekomendasi kepadanya tidak secara mutlak menunjukkan bahwa orang tersebut terpuji atau baik, terlebih lagi setelah berlalunya waktu. Walaupun jika orang tersebut memiliki kebaikan-kebaikan, tidaklah mencegah (orang alim/dai) untuk membicarakan (kesalahan atau kesesatannya) dan sekaligus memperingatkan (umat) darinya. Walaupun (jika ada orang yang beralasan) dia telah mendapat tazkiyah atau rekomendasi dari para ulama atau dengan alasan orang tersebut juga memiliki kebaikan-kebaikan atau jasa. Contoh yang paling menonjol (dalam hal ini) adalah oknum Khawarij yang membunuh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yaitu Abdurrahman bin Muljam al-Muradi. Orang ini telah mendapatkan pujian dari Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Saya akan menyampaikan kepada anda ucapan Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu dan juga ucapan Ibnu Hajar rahimahullahu tentang Abdurrahman bin Muljam.
Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu berkata dalam kitabnya al-Mizan: Dia (Abdurrahman bin Muljam) adalah seorang ahli ibadah, taat kepada Allah, akan tetapi akhir hayatnya ditutup dengan kejelekan. Dialah yang membunuh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah menurut prasangkanya. Namun tetap orang ini dipotong kedua tangan dan kakinya serta lisannya dan dicungkil kedua matanya lalu dibakar. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita keselamatan dan kebaikan[1].
Lihatlah, orang ini memiliki kebaikan akan tetapi ketika ia melakukan kejahatan (seperti di atas) maka tidak bisa dimaafkan dengan alasan: (dia kan punya kebaikan!!)
Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: Diceritakan, bahwasanya 'Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhu meminta kepada Abdurrahman bin Muljam untuk selalu dekat dengannya karena dia termasuk ahli dalam al-Qur’an serta fiqih dan dia termasuk pemberani diantara kaumnya di Mesir. Dia juga pernah belajar kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dan dia termasuk ahli ibadah[2].
Walau begitu banyaknya kebaikan orang ini, tapi (semua itu) tidak bisa menutupi kesalahan dan kejahatannya yang besar ketika membunuh Ali radhiyallahu ‘anhu.
Kemudian Ibnu Hajar rahimahullahu berkata setelah itu: Diceritakan pula bahwa 'Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhu mengutus Shabigh bin ‘Asl kepada Umar radhiyallahu ‘anhu untuk menanyakan kepada beliau tentang al-Qur’an. Dan diceritakan bahwa Umar memerintahkan 'Amru bin Ash untuk menjadikan rumah Abdurrrahman bin Muljam dekat dengan masjid supaya dapat mengajari manusia al-Qur’an dan fiqih dan memerintahkan untuk memperluas rumahnya, hingga rumahnya berada di samping Ibnu Udaisy. Dialah pembunuh Ali bin Abi Thalib yang dulunya merupakan pengikut setia beliau.
Oleh karena itu, perhatikanlah –wahai saudaraku- jika ada orang membicarakan (kesesatan-pent) seseorang, serta memperingatkan (manusia) darinya lalu datang orang ketiga sambil berkata: Kenapa anda mempersoalkan orang itu, padahal dia punya kebaikan-kebaikan dan dia telah diberi rekomendasi oleh para ulama?! Maka ketahuilah –wahai saudaraku-, bahwa rekomendasi ataupun kebaikan yang ia miliki bukanlah jaminan ataupun pencegah dari membicarakan (kesesatannya) setelah berlalunya waktu. Sesungguhnya ukuran semua ini adalah kenyataan dan fakta yang ada, jika dia dalam keadaan jelek (sesat) maka berhak untuk dibicarakan sesuai dengan ketentuan syariat yang sudah dikenal oleh para ulama”.[3]
------------------------------------------
[1] Mizanul I’tidal 4/320 oleh Imam Adz-Dzahabi cet Darul kutub Ilmiyah. (pent)
[2] Lisanul Mizan 4/321-323 oleh Ibnu Hajar al-Asqalani cet . Darul Ihyaturats Islami – Beirut. (pent)
[3] Ditranskip dari kaset ceramah beliau yang berjudul Tanaaqudhaat rumuuzu ash-shahwah yang telah kami terjemahkan dalam majalah Adz-Dzakhirah edisi 12 dengan judul "Menyingkap hakekat dan jati diri dai-dai kondang".
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini