Bantahan tuduhan kafir kepada pemerintah memindahkan hari libur tahun baru Islam surat at taubah (Hoax)
Baca Juga :
𝗧𝘂𝗱𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗞𝗮𝗳𝗶𝗿 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗣𝗲𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮𝗵 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗲𝗺𝗶𝗻𝗱𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗟𝗶𝗯𝘂𝗿 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗿𝗿𝗮𝗺 𝟭𝟰𝟰𝟯/𝟮𝟬𝟮𝟭
Beredar gambar yg berisi surat Attaubah ayat 37,
إِنَّمَا ٱلنَّسِىٓءُ زِيَادَةٌ فِى ٱلْكُفْرِ ۖ يُضَلُّ بِهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يُحِلُّونَهُۥ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُۥ عَامًا لِّيُوَاطِـُٔوا۟ عِدَّةَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ فَيُحِلُّوا۟ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ ۚ زُيِّنَ لَهُمْ سُوٓءُ أَعْمَٰلِهِمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ
"Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir".
Lalu ayat ini di kaitan dg perubahan hari libur tahun baru hijrah dari hari Selasa ke hari Rabu. Sehingga ada kalangan yg mengkritik dg sekaligus "mengkafirkan" pemerintah. Padahal pemerintah telah melakukan sidang isbat penentuan awal bulan Muharram. Pemerintah menetapkan tanggal 1 Muharram 1443 jatuh pada hari Selasa 10 Agustus 2021. Dan untuk hari liburnya di pindah pada hari Rabu 11 Agustus 2021.
Sungguh kesalahan besar dg menimbulkan fitnah atas kekeliruan dalam memahami kontek ayat dg pemindahan hari libur.
Pemerintah tidak ada merubah bulan haram. Yang dilakukan hanya memindahkan hari libur negara terhadap tahun baru Hijrah. Dan itu sangat jauh dari ayat Attaubah ayat 37 ini.
Kenapa ini terjadi, tidak lain adalah jauhnya kita dari bimbingan para ulama dalam memahami Agama. Kebanyakan memahami agama berdasarkan pemahaman sendiri.
Agar tidak keliru dalam memahami tafsir surat attaubah ayat 37 ini, kami akan bawakan tafsir ayat tersebut. Silahkan di pahami,
𝗧𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗔𝗹-𝗠𝘂𝘆𝗮𝘀𝘀𝗮𝗿 / 𝗞𝗲𝗺𝗲𝗻𝘁𝗲𝗿𝗶𝗮𝗻 𝗔𝗴𝗮𝗺𝗮 𝗦𝗮𝘂𝗱𝗶 𝗔𝗿𝗮𝗯𝗶𝗮
Sesungguhnya budaya yang dahulu dilakukan oleh bangsa arab dimasa jahiliyah, berupa penghormatan terhadap empat bulan dalam setahun, dengan menghormati jumlahnya yang empat saja, tanpa menentukannya dengan nama-nama bulan yang telah Allah haramkan, dimana mereka mengundurkan sebagiannya dan memajukan sebagian yang lain dan menggantikannya dengan bulan-bulan yang halal yang mereka kehendaki, sesuai dengan kebutuhan mereka terhadap peprangan, sesungguhnya tindakan tersebut merupakan bentuk tambahan dalam kekafiran. Dengan itu, setan menyesatkan orang-orang kafir. Mereka menghalalkan bulan-bulan yang mereka tunda pengharamannya dari bulan-bulan yang empat dalam satu tahun, dan mengharamkannya pada tahun yang lain, tujuannya agar mereka dapat menyelaraskannya dengan jumlah empat bulan, akiibatnya mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Setan telah menjadikan mereka memandang baik terhadap perbuatan-perbuatan buruk. Dan Allah tidak memberikan taufik kepada kaum kafir menuju kebenaran dan jalan lurus.
𝗧𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗔𝗹-𝗠𝘂𝗸𝗵𝘁𝗮𝘀𝗵𝗮𝗿 / 𝗠𝗮𝗿𝗸𝗮𝘇 𝗧𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗥𝗶𝘆𝗮𝗱𝗵, 𝗱𝗶 𝗯𝗮𝘄𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗦𝘆𝗮𝗶𝗸𝗵 𝗗𝗿. 𝗦𝗵𝗮𝗹𝗶𝗵 𝗯𝗶𝗻 𝗔𝗯𝗱𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗶𝗻 𝗛𝘂𝗺𝗮𝗶𝗱 (𝗜𝗺𝗮𝗺 𝗠𝗮𝘀𝗷𝗶𝗱𝗶𝗹 𝗛𝗮𝗿𝗮𝗺)
Sesungguhnya menunda keharaman bulan haram ke bulan lain yang tidak haram dan menjadikannya sebagai penggantinya (seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arab di masa Jahiliah) merupakan kekafiran yang menambah kekafiran mereka kepada Allah. Karena mereka telah mengingkari ketentuan hukum Allah tentang bulan-bulan haram. Kebiasaan buruk itu digunakan oleh setan untuk menyesatkan orang-orang yang ingkar kepada Allah. Mereka menghalalkan bulan haram selama setahun dengan cara menggantinya dengan bulan lain di luar bulan haram dan mempertahankan keharaman bulan haram selama setahun agar sesuai dengan jumlah bulan-bulan haram yang telah ditetapkan oleh Allah, walaupun nama-nama bulannya berbeda. Jadi setiap kali mereka menghalalkan satu bulan haram mereka mengharamkan satu bulan halal sebagai gantinya. Dengan demikian mereka menghalalkan bulan-bulan haram yang telah Allah tetapkan dan melanggar ketentuan hukum-Nya. Setan telah membuat banyak perbuatan buruk tampak baik di mata mereka sehingga mereka tergoda untuk melakukannya. Salah satunya ialah perbuatan mereka yang menunda pelaksanaan bulan haram ke bulan lainnya. Dan Allah tidak akan memberikan bimbingan-Nya kepada orang-orang kafir yang bersikeras mempertahankan kekafirannya.
𝗧𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗔𝗹-𝗠𝗮𝗱𝗶𝗻𝗮𝗵 𝗔𝗹-𝗠𝘂𝗻𝗮𝘄𝘄𝗮𝗿𝗮𝗵 / 𝗠𝗮𝗿𝗸𝗮𝘇 𝗧𝗮'𝗱𝘇𝗵𝗶𝗺 𝗮𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗯𝗮𝘄𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗦𝘆𝗮𝗶𝗸𝗵 𝗣𝗿𝗼𝗳. 𝗗𝗿. 𝗜𝗺𝗮𝗱 𝗭𝘂𝗵𝗮𝗶𝗿 𝗛𝗮𝗳𝗶𝗱𝘇, 𝗽𝗿𝗼𝗳𝗲𝘀𝘀𝗼𝗿 𝗳𝗮𝗸𝘂𝗹𝘁𝗮𝘀 𝗮𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶𝘁𝗮𝘀 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗠𝗮𝗱𝗶𝗻𝗮𝗵
Sesungguhnya pemindahan pengharaman bulan Muharram ke bulan lainnya -sebagaimana yang dilakukan orang-orang arab pada masa jahiliyah- merupakan tambahan kekafiran setelah kekafiran mereka kepada Allah karena mereka mengingkari hukum-Nya pada bulan-bulan haram. Dengan bulan-bulan haram ini setan menyesatkan orang-orang yang kafir terhadap Allah, ketika setan membuat aturan yang buruk bagi mereka berupa penghalalan bulan haram pada suatu tahun dan menggantinya dengan bulan lain, dan membiarkan pengharamannya pada tahun lainnya. Ini mereka lakukan untuk menyesuaikan jumlah bulan yang diharamkan Allah, meskipun pada bulan yang berbeda. Mereka tidak mengharamkan suatu bulan melainkan dengan menghalalkan bulan yang lain sebagai gantinya, sehingga mereka dapat menghalalkan bulan yang telah Allah haramkan. Setan telah menghiasi perbuatan-perbuatan buruk, sehingga mereka melakukannya, semisal membuat riba nasi’ah. Allah tidak memberi taufik kepada orang-orang yang terus menerus di atas kekafiran mereka.
𝗧𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗔𝗹-𝗪𝗮𝗷𝗶𝘇 / 𝗦𝘆𝗮𝗶𝗸𝗵 𝗣𝗿𝗼𝗳. 𝗗𝗿. 𝗪𝗮𝗵𝗯𝗮𝗵 𝗮𝘇-𝗭𝘂𝗵𝗮𝗶𝗹𝗶, 𝗽𝗮𝗸𝗮𝗿 𝗳𝗶𝗾𝗶𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗻𝗲𝗴𝗲𝗿𝗶 𝗦𝘂𝗿𝗶𝗮𝗵
Sesungguhnya menangguhkan pengharaman suatu bulan ke bulan lainnya itu menambah kekufuran mereka terhadap hukum Allah, seusai mereka kufur terhadap Allah, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan hari akhir, dan menyesatkan mereka dari apa yang ditetapkan tersebut. Mereka menghalalkan bulan peperangan pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun lainnya supaya mereka bisa menyesuaikan pergantian ini dengan 4 bulan yang diharamkan oleh Allah, sehingga mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah berupa bulan-bulan haram yang mereka ganti dengan bulan lainnya, namun tetap menerapkan pengharaman 4 bulan dalam satu tahun. Setan menghiasi amal buruk mereka, sehingga beranggapan bahwa itu baik. Dan Allah tidak menyelamatkan orang-orang yang berpegang teguh pada kekufurannya. Abu Malik berkata: “Mereka menjadikan 1 tahun dengan 13 bulan, lalu menjadikan Safar sebagai bulan yang diharamkan (untuk perang), dan mengesahkannya sebagai bulan-bulan yang diharamkan, lalu Allah menurunkan ayat {Innaman nasii’u…}”
𝗧𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗮𝘀-𝗦𝗮'𝗱𝗶 / 𝗦𝘆𝗮𝗶𝗸𝗵 𝗔𝗯𝗱𝘂𝗿𝗿𝗮𝗵𝗺𝗮𝗻 𝗯𝗶𝗻 𝗡𝗮𝘀𝗵𝗶𝗿 𝗮𝘀-𝗦𝗮'𝗱𝗶, 𝗽𝗮𝗸𝗮𝗿 𝘁𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗮𝗯𝗮𝗱 𝟭𝟰 𝗛
An-Nasi’ adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah dalam bulan-bulan Haram, dan di antara bid’ah mereka yang bathil adalah bahwa manakala mereka merasa harus berperang di sebagian waktu dari bulan yang Haram, maka mereka memandang dengan pandangan mereka yang rusak perlunya menjaga bilangan bulan-bulan Haram yang mana Allah melarang berperang padanya, maka mereka menunda atau memajukan sebagian bulan Haram dengan menggantikannya dengan bulan halal sesuka hati mereka, jika ia telah diganti dengannya, maka mereka pun menghalalkan berperang di dalamnya dan menjadikan bulan yang halal, haram. Inilah yang dinyatakan oleh Allah bahwa ia adalah tambahan kekufuran dan kesesatan mereka, karena ia mengandung berbagai dampak negative: Di antaranya, bahwa mereka mengada-ngadakan hal tersebut dari diri mereka sendiri dan menjadikannya sama dengan syarat dan agama Allah, padahal Allah dan RasulNya berlepas diri darinya. Di antaranya, bahwa mereka memutarbalikkan agama, menjadikan yang halal haram dan yang haram halal. Di antaranya, bahwa mereka mengelabui Allah –menurut klaim mereka- dan mengelabui hamba-hambaNya serta merancukan agama mereka. Mereka memakai tipuan dan kebohongan dalam agama Allah. Di antaranya, juga bahwa adat-adat yang bertentangan dengan syariat yang tersu dilakukan berakibat hilangnya (nilai) keburukan adat itu dari jiwa, bahkan bisa jadi ia dikira baik, maka terjadilah kesesatan dan kebatilan. Oleh karena itu Allah berfirman, “Orang-orang yang kafir disesatkan dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya.” Yakni agar mereka menyesuaikan bilangannya. “Maka mereka menghalkan apa yang diharamkan Allah. (Setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu.” Yakni setang menjadikan amal buruk mereka seakan-akan indah, maka mereka pun memandangnya indah keyakinan yang disematkan oleh setan seolah-olah indah di dalam hati mereka. “Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir,” orang-orang yang kekufuran dan pendustaan telah tercetak di dalam hati mereka. Kalaupun semua ayat Allah datang kepada mereka niscaya mereka tetap tidak beriman.
𝗛𝗶𝗱𝗮𝘆𝗮𝘁𝘂𝗹 𝗜𝗻𝘀𝗮𝗻 𝗯𝗶 𝗧𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿𝗶𝗹 𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 / 𝗨𝘀𝘁𝗮𝗱𝘇 𝗠𝗮𝗿𝘄𝗮𝗻 𝗛𝗮𝗱𝗶𝗱𝗶 𝗯𝗶𝗻 𝗠𝘂𝘀𝗮, 𝗠.𝗣𝗱.𝗜
Bulan Rajab, Zulkaidah, Zulhijjah, dan Muharram adalah bulan-bulan yang dihormati dan dalam bulan-bulan tersebut tidak boleh diadakan peperangan. Tetapi peraturan ini dilanggar oleh mereka dengan mengadakan peperangan di bulan Muharram, dan menjadikan bulan Safar sebagai bulan yang dihormati untuk mengganti bulan Muharram itu. Meskipun bilangan bulan-bulan yang disucikan itu empat bulan juga. tetapi dengan perbuatan itu, tata tertib di Jazirah Arab menjadi kacau dan lalu lintas perdagangan terganggu. Kerusakan lainnya adalah: - Merupakan perkara bid’ah, dan mereka menjadikannya sebagai agama, padahal Allah dan Rasul-Nya berlepas diri daripadanya. - Mereka telah mengubah agama, dengan menjadikan bulan yang haram sebagai bulan halal dan menjadikan bulan halal sebagai bulan haram. - Mereka memalsukan ajaran Allah dan melakukan tipuan serta helat (cari kesempatan) dalam agama Allah. - Kebiasaan melanggar syari’at jika terus menerus dilakukan, maka kejelekannya akan hilang dari jiwa dan akan berganti menjadi indah. Karena perbuatan itulah mereka menjadi sesat. Karena kufurnya mereka kepada hukum Allah Ta’ala. Yakni dengan menghalalkan satu bulan haram dan mengharamkan bulan yang lain sebagai gantinya. Yakni orang-orang yang dalam hatinya sudah tercelup oleh kekafiran dan sikap mendustakan, oleh karena itu setiap kali datang kepada mereka ayat Allah, mereka tidak beriman juga.
𝗧𝗮𝗳𝘀𝗶𝗿 𝗥𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘀 𝗞𝗲𝗺𝗲𝗻𝘁𝗿𝗶𝗮𝗻 𝗔𝗴𝗮𝗺𝗮 𝗥𝗜
Setelah menjelaskan jumlah bulan dalam setahun dan di antaranya ada empat bulan yang dimuliakan, maka ayat ini mengecam mereka yang menambah bilangan dan memutarbalikkan bulan-bulan haram atau mengundur-undurnya. Sesungguhnya pengunduran bulan haram, sebagaimana kebiasaan orang-orang arab saat itu yang secara sengaja mengganti posisi muharram dengan bulan safar agar bisa berperang, itu hanya menambah kekafiran di samping kekufuran yang selama ini mereka lakukan. Orang-orang kafir disesatkan oleh setan dan para pemuka-pemukanya dengan pengunduran itu, mereka menghalalkannya yakni mengundur-undurkannya suatu tahun dan mengharamkannya pada suatu tahun yang lain. Mereka melakukan pengunduran ini agar dapat menyesuaikan dengan bilangan bulan-bulan yang diharamkan Allah, sekaligus mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah, yakni berperang di bulan-bulan haram juga perbuatan dosa lainnya. Padahal, perbuatan-perbuatan buruk tersebut dijadikan terasa indah oleh setan bagi mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk, yakni bimbingan agar selalu berada di jalan yang benar, kepada orang-orang yang kafir, yaitu mereka yang terus-menerus berada di jalan kekufuran ayat yang lalu memerintahkan untuk memerangi kaum musyrik yang menyerang mereka di mana saja dan kapan saja, maka ayat ini menje-laskan salah satu peperangan itu, yakni perang tabuk yang terjadi pada tahun ke-9 hijriah. Wahai orang-orang yang beriman! mengapa kalian bermalas-malasan apabila dikatakan kepada kamu, berangkatlah untuk berperang di jalan Allah. Dengan adanya perintah perang ini kamu me-rasa berat dan ingin tinggal di tempatmu karena takut menghadapi musuh dengan jumlah yang lebih besar ditambah kondisi yang sangat panas, sementara itu pohon kurma sudah mulai berbuah' apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia yang sementara dan tidak kekal daripada kehidupan di akhirat yang kekal abadi' padahal kenikmatan hidup di dunia ini, sebanyak apa pun jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit dan tidak berguna. [Sutan Dafrizal]
Referensi: https://tafsirweb.com/3053-quran-surat-at-taubah-ayat-37.html
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini