Fitnah dan taubatnya Ibnu Taimiyah dari kitab Rihlah Ibnu Bathutha
Baca Juga :
Fitnah dan taubatnya Ibnu Taimiyah ini mereka ambil dari catatan perjalanan seorang musafir yg membukukan perjalanannya dalam sebuah kitab fenomenal yg berjudul ; Rihlah Ibnu Bathutha.
Siapakah Ibnu Bathutha ?
Mari kita ulas !!!
Siapakah Ibnu Bathutha ?
Mari kita ulas !!!
Ibnu Hajar Al Asqalani telah menulis biografi Ibnu Bathutha dalam sebuah kitab yg berjudul Durarul Kamina.
Beliau berkata :
"Aku telah membaca tulisan ibnu Marzuq, : “Sesungguhnya Abu Abdillah bin Jizy Al kalbi menulisnya dan mengeditnya
Beliau berkata :
"Aku telah membaca tulisan ibnu Marzuq, : “Sesungguhnya Abu Abdillah bin Jizy Al kalbi menulisnya dan mengeditnya
Dari perkataan Ibnu Hajar yg membaca tulisan Ibnu Marzuq sangat jelas bahwa Rihlah Ibnu Bathutah tidak ditulis Ibnu bathutah sendiri, tetapi ditulis oleh Abu Abdillah bin Jizy Al kalbi, adapun guru beliau, Al Imam Al Balfiqi menganggap pria ini sebagai pendusta.
Dari perkataan ini mengandung isyarat bahwa beliau menganggap cerita ibnu Bathutah adalah dusta sebab menempatkan kata Zaama ketika menceritakan kisahnya di Konstantin. Siapa saja yang memahami ilmu ushul akan dengan mudah mengetahui
..bahwa zaama biasa digunakan sebagai isyarat untuk melemahkan sebuah riwayat atau pendapat.
Ibnu Khaldun dalam muqaddimahnya mengatakan bahwa banyak cerita2 aneh yg ditulis oleh Ibnu Bathutah, misalnya dia berkata ; Jika ingin bepergian, maka raja India akan memberikan bekal selama 6 bulan kepada rakyat yg ditinggalkan.
Bahkan pada halaman yg lain, Ibnu Bathutah berkata : "Aku mengunjungi sebagian jazirah yg dan negri dimana wanitanya hanya memiliki satu payudara."
Dari sekian hal2 aneh ini, maka Rihlah Ibnu Bathutah terlihat kurang memiliki nilai ilmiah untuk dijadikan rujukan.
Dari sekian hal2 aneh ini, maka Rihlah Ibnu Bathutah terlihat kurang memiliki nilai ilmiah untuk dijadikan rujukan.
Dalam kitab itu juga Ibnu Bathutah menulis :
“Saat itu aku di Damaskus,lalu aku menghadiri majelisnya (Ibnu Taimiyyah) pada hari Jum’at, saat ia berada di atas mimbar Masjid Jami’ sedang menasehati kaum muslimin dan mengingatkan mereka”
“Saat itu aku di Damaskus,lalu aku menghadiri majelisnya (Ibnu Taimiyyah) pada hari Jum’at, saat ia berada di atas mimbar Masjid Jami’ sedang menasehati kaum muslimin dan mengingatkan mereka”
Ibnu Bathutah mengaku bahwa dia menghadiri majelis Ibnu Taimiyah didamaskus, tetapi Allah membuka kedudutannya lewat tulisannya sendiri pada halaman yg lain dengan menceritakan rentetan kejadian di Damaskus dimana dia mengatakan:
Aku pun singgah disana, di Madrasah al Malikiyah yg dikenal dgn asy Syarabisyiyah."
Mari kita bandingkan tulisannya dgn tulisan para ahli dan murid2 Ibnu Taimiyah. Sangat terlihat kontradiksinya. Perhatikan!
Pada Kitab Syarah Qashiidah Ibnul Qayyim(Juz 1, hal. 497) dikatakan ;
“Kebohongannya sudah tampak jelas, tidak memerlukan lagi berpanjang ulasan. Dan Allah-lah Yang Maha Penghitung kebohongan pendusta ini. Dia (Ibnu Bathuthah) menyebutkan dia masuk ke Damaskus 9 Ramadhan 726 H,
“Kebohongannya sudah tampak jelas, tidak memerlukan lagi berpanjang ulasan. Dan Allah-lah Yang Maha Penghitung kebohongan pendusta ini. Dia (Ibnu Bathuthah) menyebutkan dia masuk ke Damaskus 9 Ramadhan 726 H,
padahal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika itu sudah ditahan di benteng (al Qal’ah) sebagaimana yg disebutkan oleh para ulama terpercaya, seperti murid beliau sendiri,
..Al Hafizh Muhammad bin Ahmad bin ‘Abdul Hadi dan juga oleh Al Hafizh Abil Faraj ‘Abdurrahman bin Ahmad bin Rajabdalam kitab Thabaqat Hanabilah.
Ia berkata mengenai biografi Syaikh (Ibnu Taimiyyah) dalam Thabaqat-nya tersebut:
Ia berkata mengenai biografi Syaikh (Ibnu Taimiyyah) dalam Thabaqat-nya tersebut:
‘Syaikh telah ditahan di benteng itu dari bulan Sya’ban tahun 726 H sampai Dzulqa’dah tahun 728 H’.
Ibnu ‘Abdul Hadi menambahkan:
‘Ia (Ibnu Taimiyyah) memasuki (tahanan) di benteng itu pada 6 Sya’ban’.
Ibnu ‘Abdul Hadi menambahkan:
‘Ia (Ibnu Taimiyyah) memasuki (tahanan) di benteng itu pada 6 Sya’ban’.
Silahkan lihat bagaimana watak seorang pendusta yg dijadikan acuan oleh sebagian Asy'ariyyah dan ahlul kalam lainnya.
Dia mengatakan bahwa dia menghadiri majelisnya Ibnu Taimiyyah Padahal Syaikh rahimahullah telah masuk ke benteng tahanan
Dia mengatakan bahwa dia menghadiri majelisnya Ibnu Taimiyyah Padahal Syaikh rahimahullah telah masuk ke benteng tahanan
dan tidak pernah keluar dirinya kecuali di atas kereta jenazah pada hari wafatnya, Dzulqa’dah 728 H”
Jadi jelas bahwa Ibnu Bathutah tidak mungkin bertemu Ibnu Taimiyah pada tahun tersebut, apalagi diceritakan oleh para Ahli Sejarah bahwa jangankan keluar dari Penjara, menulis dan membaca buku serta berfatwa saja beliau dilarang,
..hingga beliau menghabiskan masa penahanannya hanya dengan membaca qur’an dan dalam penahanan tersebut beliau menghatamkan qur’an sebanyak 81 kali.
Bau busuk dan kedustaan Ibnu Bathutah makin bertambah dengan fakta2 lainnya :
✔ Berdasarkan periwayatan para Huffadz dan Ibnu Hajar sendiri, penahanan Ibnu Taimiyah ditahun 726 itu disebabkan oleh fatwanya terkait Ziarah kekubur Rasululullah bukan tentang Nuzul (turunnya Allah Kelangit dunia.
✔Disitu juga disebutkan bahwa dipenjara sebelumnya Ibnu Taimiyah pernah mengarang Kitab Tafsir yang bernama Bahrul Muhith sebanyak 40 jilid padahal Al Imam At Thabari mengarang Tafsir puluhan tahun dan tidak sampai 40 jilid,
dan Ibnu Hajar sendiri mengarang Fathul bari Selama 25 tahun, itupun mereka berada diluar penjara. dari cerita Ibnu Hajar bisa diketahui bahwa Ibnu taimiyah dipenjara sebelumnya pada bulan Rajab tahun 720 Hijriah hingga bulan Asyura tahun 721 Hijriah atau sekitar 5 bulan saja,
atau kalaupun ditahun-tahun sebelumnya, maka pemenjaraan beliau tidak lebih dari 2 tahun, lalu bagaimana beliau menyelesaikan 40 jilid tafsir dipenjara secepat itu. Mustahil.
✔Dalam cerita itu disebutkan pula bahwa panggilan Qadhi Hanabilah AdalahIzzuddin, padahal panggilannya yang benar adalah Syamsuddin dan nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Syamsuddin ibnu Musallam As Shalihi.
Adapun panggilan Izzuddin adalah panggilan untuk Qadhi Muhammad bin At Taqiy Sulaiman yang Wafat tahun 731 Hijriah yang menjadi Qadhi menggantikan Ibnu Musallam selanjutnya.
Hal yang juga seru dari kitab Rihlah ibnu Bathutah yang saya dapatkan adalah pentahqiqnya yang juga mengingkari cerita tentang Ibnu Taimiyah Ini seperti yang ia jabarkan dalam footnotenya.
Dengan Fakta-fakta ini, maka Semoga Allah mensucikan ruh Ibnu Taimiyah dari fitnah, layaknya Gaharu, wanginya tak akan tercium kecuali telah dibakar sebelumnya.
Sumber : Al Akh Efendy
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini