Menjawab syubhat mengapa kuburan nabi dibangun kubah hijau dan megah
Baca Juga :
Bismillah
Silsilah Menjawab Syubhat
By : Abu Ziyad Berik Said
Nah, Lho…
JIKA KUBAH YANG DIBANGUN DI ATAS MAKA PARA NABI ATAU WALI DIANGGAP KEMUNGKARAN DAN KESYIRIKAN, LALU MENGAPA DI ATAS MAKAM NABI shollallohu ‘alayhi wa sallam DIBANGUN KUBAH HIJAU BAHKAN SANGAT MEGAH ?
APA PARA ULAMA DI SANA MENYETUJUINYA ?
By : Abu Ziyad Berik Said
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka ana akan kutipkan secara lengkap jawaban ini dari sebuah situs yang dikelola oleh Syaikh Sholih al Munajjid hafizhohulloh berikut :
الحمد لله.
أولاً:
تاريخ القبة الخضراء
Pertama:
HISTORI/SEJARAH KUBAH HIJAU
لم تكن القبة التي على قبر النبي صلى الله عليه وسلم موجودة إلى القرن السابع ، وقد أُحدث بناؤها في عهد السلطان قلاوون ، وكان لونها أولاً بلون الخشب ، ثم صارت باللون الأبيض ، ثم اللون الأزرق ، ثم اللون الأخضر ، واستمرت عليه إلى الآن .
Kubah yang ada di atas makam Nabi shollallahu’ alayhi wa sallam, DAHULUNYA TIDAK ADA, HINGGA (BARU ADA) PADA ABAD KE 7.
Yang (pertama kali) membangun kubah tersebut adalah SULTAN QOLAWUN.
Sebenarnya AWALNYA dulu BERWARNA KAYU, lalu berganti berwarna PUTIH, selanjutnya BIRU, dan (terakhir) berwarna HIJAU. Dan warna hijau ini berlanjut hingga sekarang.
قال الأستاذ علي حافظ حفظه الله :
Ustadz Ali Hafizh hafizhohulloh berkata:
"لم تكن على الحجرة المطهرة قبة ، وكان في سطح المسجد على ما يوازي الحجرة حظير من الآجر بمقدار نصف قامة تمييزاً للحجرة عن بقية سطح المسجد .
“Belum pernah ada kubah di atas kamar yang suci (kuburan Nabi shollalloohu ‘alayhi wa sallam).
Dahulu di atap masjid yang sejajar dengan kamar ada kayu memanjang setengah ukuran orang, untuk membedakan antara kamar dengan sisa atap masjid lainnya.
والسلطان قلاوون الصالحي هو أول من أحدث على الحجرة الشريفة قبة ، فقد عملها سنَة 678 هـ ، مربَّعة من أسفلها ، مثمنة من أعلاها بأخشاب ، أقيمت على رؤوس السواري المحيطة بالحجرة ، وسمَّر عليها ألواحاً من الخشب ، وصفَّحها بألواح الرصاص ، وجعل محل حظير الآجر حظيراً من خشب .
Sulton QOLAWUN AS SHOLIHI inilah orang yang pertama kali membuat kubah di atas kuburan tersebut.
Dikerjakan pada tahun 678 H, berbentuk empat persegi panjang dari sisi bawah, sedangkan atasnya berbentuk delapan persegi dilapisi dengan kayu. Didirikan di atas tiang-tiang yang mengelilingi kamar, dikuatkan dengan papan dari kayu, lalu dikuatkan lagi dengan tembaga, dan ditaruh di atas kayu dengan kayu lain.
وجددت القبة زمن الناصر حسن بن محمد قلاوون ، ثم اختلت ألواح الرصاص عن موضعها ، وجددت ، وأحكمت أيام الأشرف شعبان بن حسين بن محمد سنة 765 هـ ، وحصل بها خلل ، وأصلحت زمن السلطان قايتباي سنة 881هـ .
Kubah tersebut lantas diperbaharui pada zaman AN NAASHIR HASAN BIN MUHAMMAD QOLAWUN.
Kemudian papan yang ada tembaganya mulai retak-retak.
Lalu diperbarui dan dikuatkan lagi pada zaman AL ASYROOF SYA’BAN BIN HUSAIN BIN MUHAMMAD, yakni pada tahun, 765 H.
Akan tetapi kembali ada kerusakan, dan diperbaiki pada zaman SULTAN QOYTABAY, tahun 881 H.
وقد احترقت المقصورة والقبة في حريق المسجد النبوي الثاني سنة 886 هـ ، وفي عهد السلطان قايتباي سنة 887هـ جددت القبة ، وأسست لها دعائم عظيمة في أرض المسجد النبوي ، وبنيت بالآجر بارتفاع متناه ،....
Pada tahun 886 H, terjadi kebakaran pada masjid Nabawi, sehingga rumah dan kubah ikut terbakar.
Hingga pada zaman Sultan Qoytabai tahun 887 H, kubahnya kembali diperbarui.
Dan saat itu dibuat pondasi yang lebih kuat di tanah Masjid Nabawi, dibangun dengan kayu dengan puncak ketinggian.
بعد ما تم بناء القبة بالصورة الموضحة : تشققت من أعاليها ، ولما لم يُجدِ الترميم فيها : أمر السلطان قايتباي بهدم أعاليها ، وأعيدت محكمة البناء بالجبس الأبيض ، فتمت محكمةً ، متقنةً سنة 892 هـ
Setelah kubah selesai sebagaimana dijelaskan di atas, ternyata bagian atasnya koyak kembali.
Ketika merasa tidak memungkinkan lagi dipugar, SULTAN FAYYABI memerintahkan untuk menghancurkan bagian atasnya.
Lalu diulangi lagi pembangunannya lebih kuat dengan semen putih. Dan selesai dengan kokoh dan kuat pada tahun 892 H.
وفي سنة 1253هـ صدر أمر السلطان عبد الحميد العثماني بصبغ القبة المذكورة باللون الأخضر ، وهو أول من صبغ القبة بالأخضر ،
Lantas pada tahun 1253 H, SULTAN ABDUL HAMID AL ‘UTSMANI memerintahkan untuk MENGECAT KUBAH DENGAN WARNA HIJAU.
Jadi beliaulah ORANG YANG PERTAMA KALI mengecat kubah dengan (warna) hijau.
ثم لم يزل يجدد صبغها بالأخضر كلما احتاجت لذلك إلى يومنا هذا
Kemudian cat tersebut terus menerus diperbarui setiap kali dibutuhkan, sampai hari ini.
وسميت بالقبة الخضراء بعد صبغها بالأخضر ، وكانت تعرف بالبيضاء ، والفيحاء ، والزرقاء" انتهى
Dan (sejak itulah) dinamakan KUBAH HIJAU, yaitu setelah dicat hijau.
Dulunya dikenal dengan KUBAH PUTIH, FAYHA, setra KUBAH BIRU.
" فصول من تاريخ المدينة المنورة " علي حافظ ( ص 127، 128 ) .
(Fushul Min Tarikh Al Madinah Al Munawwaroh, Ali Hafizh, [hal. 127-128])
ثانياً:
حكمها
Kedua:
HUKUMNYA (HUKUM MEMBANGUN KUBAH DI ATAS MAKAM)
وقد أنكر أهل العلم المحققين - قديماً وحديثاً – بناء تلك القبة ، وتلوينها ، وكل ذلك لما يعلمونه من سد الشريعة لأبواب كثيرة خشية الوقوع في الشرك . ومن هؤلاء العلماء :
Para ulama peneliti -era dahulu sampai era sekarang- telah MENGINGKARI bangunan kubah dan pengecatannya.
Semua itu karena mereka mengetahui bahwa pengingkaran tersebut dapat mencegah peluang yang banyak yang mengkhawatirkan lahirnya tindakan kesyirikan.
Di antara ulama-ulama tersebut adalah;
1. قال الصنعاني – رحمهُ اللهُ – في " تطهير الاعتقادِ " :
"فإن قلت : هذا قبرُ الرسولِ صلى اللهُ عليه وسلم قد عُمرت عليه قبةٌ عظيمةٌ انفقت فيها الأموالُ .
قلتُ : هذا جهلٌ عظيمٌ بحقيقةِ الحالِ ، فإن هذه القبةَ ليس بناؤها منهُ صلى اللهُ عليه وسلم ، ولا من أصحابهِ ، ولا من تابعيهم ، ولا من تابعِ التابعين ، ولا علماء الأمةِ وأئمة ملتهِ ، بل هذه القبةُ المعمولةُ على قبرهِ صلى اللهُ عليه وسلم من أبنيةِ بعضِ ملوكِ مصر المتأخرين ، وهو قلاوون الصالحي المعروف بالملكِ المنصورِ في سنةِ ثمانٍ وسبعين وست مئة ، ذكرهُ في " تحقيقِ النصرةِ بتلخيصِ معالمِ دارِ الهجرةِ " ، فهذه أمورٌ دولية لا دليليةٌ " انتهى .
1. Imam Ash Shon’ani rohimahulloh, dalam kitab ‘Tathirul I’tiqadat’, beliau berkata :
'Kalau anda katakan, bahwa pada kuburan Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam telah dibangun kubah yang agung dengan biaya yang sangat besar, maka saya katakan : 'ini merupakan KEBODOHAN BESAR TENTANG HAKEKAT SEBUAH REALITA !
(Karena) sebenarnya KUBAH TERSEBUT TIDAKLAH DIBANGUN OLEH NABI shollalloohu ‘alayhi wa sallam, TIDAK PULA OLEH PARA SHAHABATNYA rodhialloohu ‘anhum, TIDAK PULA PARA TABI’IN, TABI’UT TABI’IN rohimahumulloh ‘alayhim ajma’in, dan TIDAK PULA PARA ULAMA UMMAT DAN PEMIMPIN AGAMANYA.
Akan tetapi kubah yang dibangun di atas makam Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam tersebut adalah bangunan yang didirikan salah seorang raja Mesir era akhir, yaitu Qolawun As Sholihi, yang dikenal dengan Raja Al Manshur, pada tahun 678 H.
Disebutkan dalam kitab ‘Tahqiq An-Nushrah Bitalkhish Ma’alim Dar Al Hijroh’ : 'Ini adalah urusan pemerintah, TAK ADA KORELASINYA DENGAN DALIL.'
2. وسئل علماء اللجنة الدائمة للإفتاء :
هناك من يحتجون ببناء القبة الخضراء على القبر الشريف بالحرم النبوي على جواز بناء القباب على باقي القبور ، كالصالحين ، وغيرهم ، فهل يصح هذا الاحتجاج أم ماذا يكون الرد عليهم ؟
2. Para ulama yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta ditanya:
“Ada orang yang berdalih bahwa adanya bangunan kubah hijau di atas kuburan yang mulia di Masjid Nabawi menunjukkan dibolehkannya membangun kubah di atas kuburan-kuburan lain seperti orang-orang shaleh dan lainnya.
Apakah dalih ini dibenarkan atau bagaimana cara membantahnya?
فأجابوا :
" لا يصح الاحتجاج ببناء الناس قبة على قبر النبي صلى الله عليه وسلم على جواز بناء قباب على قبور الأموات ، صالحين ، أو غيرهم ؛
Mereka (para ulama al Lajnah tersebut) menjawab:
“TIDAK BENAR orang yang membolehkan membangun kubah di atas kuburan orang saleh yang telah wafat atau selain mereka dengan dalih (adanya) kubah di atas kuburan Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam.
لأن بناء أولئك الناس القبة على قبره صلى الله عليه وسلم حرام يأثم فاعله ؛ لمخالفته ما ثبت عن أبي الهياج الأسدي قال : قال لي علي بن أبي طالب رضي الله عنه : ألا أبعثك على ما بعثني عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ ألا تدع تمثالاً إلا طمستَه ، ولا قبراً مشرفاً إلا سويته .
Karena tindakan mereka yang membangun kubah di atas kuburannya shallallohu ’alaihi wa sallam merupakan PERBUATAN HARAM DAN PELAKUNYA BERDOSA.
Karena menyalahi riwayat dari Abi Al-Hayyaj Al-Asadi yang berkata, 'Ali bin Abi Tholib rodhiallohu anhu berkata kepadaku: ”Mari aku utus engkau sebagaimana Rosulullah shollallahu alahi wa sallam mengutusku (yakni) : ‘Janganlah engkau membiarkan patung kecuali engkau hilangkan, dan JANGAN BIARKAN KUBURAN TINGGI, KECUALI ENGKAU RATAKAN !"
وعن جابر رضي الله عنه قال : ( نهى النبي صلى الله عليه وسلم أن يجصَّص القبر ، وأن يقعد عليه ، وأن يبنى عليه ) رواهما مسلم في صحيحه ،
Dan 9terdapat pula 0 riwayat dari Jabir rodhiallohu anhu, dia berkata:
نَهَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ ، وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيهِ ، وَأَنْ يُبْنَى عَلَيهِ (رواهما مسلم)
"Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam melarang kuburan ditembok, diduduki dan dibangun di atasnya." (HR. Muslim)
فلا يصح أن يحتج أحد بفعل بعض الناس المحرم على جواز مثله من المحرمات ؛
Maka TIDAK SHAH SESEORANG BERARGUMENTASI DENGAN PERBUATAN SEBAGIAN ORANG YANG DIHARAMKAN DENGAN MELAKUKAN PERBUATAN YANG JUGA SAMA DIHARAMKANNYA !
لأنه لا يجوز معارضة قول النبي صلى الله عليه وسلم بقول أحد من الناس أو فعله ؛ لأنه المبلغ عن الله سبحانه ، والواجب طاعته ، والحذر من مخالفة أمره ؛ لقول الله عز وجل : ( وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ) الحشر/ 7 .
Karena tidak dibolehkan menyalahi sabda Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam hanya dengan bersandar perkataan atau perbuatan seorang pun.
Karena (beliau shollallahu ’alaihi wa sallam) sebagai penyampai dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib ditaati dan tidak boleh menyalahi perintahnya.
Berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا (سورة الحشر: 7)
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.”
(QS. Al-Hasyr: 7)
وغيرها من الآيات الآمرة بطاعة الله وطاعة رسوله ؛ ولأن بناء القبور ، واتخاذ القباب عليها من وسائل الشرك بأهلها ، فيجب سد الذرائع الموصلة للشرك " انتهى
Dan ayat-ayat lain yang memerintahkan taat kepada Allah dan kepada Rosul-Nya.
Di samping itu, karena membangun kuburan dan menjadikan kubah di atasnya merupakan salah satu sarana menuju kesyirikan terhadap penghuninya, maka pintu ke arah sana harus ditutup sebagai tindak preventif mencegah perbuatan syirik.’
الشيخ عبد العزيز بن باز ، الشيخ عبد الرزاق عفيفي ، الشيخ عبد الله بن قعود .
" فتاوى اللجنة الدائمة " ( 9 / 83 ، 84 ).
Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Abdurrazzaq Afifi, Syekh Abdullah Qa’ud
(Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, [IX 83-84])
3. وقال علماء اللجنة الدائمة – أيضاً - :
3. Para ulama’ Al-Lajnah ad-Daimah menandaskan juga:
" ليس في إقامة القبة على قبر النبي صلى الله عليه وسلم حجة لمن يتعلل بذلك في بناء قباب على قبور الأولياء والصالحين ؛ لأن إقامة القبة على قبره : لم تكن بوصية منه ، ولا من عمل أصحابه رضي الله عنهم ، ولا من التابعين ، ولا أحد من أئمة الهدى في القرون الأولى التي شهد لها النبي صلى الله عليه وسلم بالخير ،
”Berdirinya kubah di atas kuburan Nabi shollallahu ’alahi wa sallam bukan sebagai argumentasi bagi yang mencari dalil untuk itu dalam membangun kubah di atas kuburan para wali dan orang-orang shaleh.
Karena adanya kubah di atas kuburannya, bukan atas wasiat dari beliau shollallahu ’alaihi wa sallam, juga bukan pebuatan para shahabat rodhiallahu ’anhum, bukan juga para tabiin, juga bukan (perbuatan) seorang pun dari para imam yang mendapatkan petunjuk di abad-abad permulaan yang disaksikan Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam sebagai generasi terbaik.
إنما كان ذلك من أهل البدع ،
Sesungguhnya hal itu HANYALAH ULAH AHLI BID’AH.
وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد ) ،
Sementara telah shohih dari Nabi shollallahu ’alahi wa sallam dalam sabdanya: “Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan (agama) kami yang tidak ada (ajarannya) maka ia tertolak.”
وثبت عن علي رضي الله عنه أنه قال لأبي الهياج : ( ألا أبعثك على ما بعثني عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ ألاَّ تدع تمثالاً إلا طمسته ، ولا قبراً مشرفاً إلا سويته ) رواه مسلم ؛
Begitu pula telah ada ketetapan dari ‘Ali radhiallahu anhu bahwa beliau berkata kepada Abu Al-hayyaj: ”Mari aku utus engkau sebagaimana Rasulullah shollallahu ’alahi wa sallam mengutusku; Janganlah engkau membiarkan patung kecuali engkau hilangkan, dan jangan ada kuburan tinggi kecuali engkau telah ratakan.” (HR. Muslim)
فإذا لم يثبت عنه صلى الله عليه وسلم بناء قبة على قبره ، ولم يثبت ذلك عن أئمة الخير ، بل ثبت عنه ما يبطل ذلك : لم يكن لمسلم أن يتعلق بما أحدثه المبتدعة من بناء قبة على قبر النبي صلى الله عليه وسلم " انتهى .
Nah (jika telah difahami) bahwa tidak ada ketetapan dari Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam untuk membangun kubah di atas kuburannya, juga tidak ada ketetapan dari para imam yang terbaik, bahkan yang ada adalah ketetapan yang membatalkan akan hal itu, maka semestinya seorang muslim tidak tergantung dengan apa yang dibuat-buat oleh ahli bid’ah dengan membangun kubah di atas kuburan Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam.”
الشيخ عبد العزيز بن باز ، الشيخ عبد الرزاق عفيفي ، الشيخ عبد الله بن غديان ، الشيخ عبد الله بن قعود .
" فتاوى اللجنة الدائمة " ( 2 / 264 ، 265 ) .
Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Abdurrazzaq Afifi, Syekh Abdullah Gudayyan, Syekh Abdullah Qa’ud.
(Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, [II 264, 265])
4. وقال الشيخ شمس الدين الأفغاني رحمه الله :
" قال العلامة الخجندي ( 1379 هـ ) مبيِّناً تاريخ بناء هذه القبة الخضراء المبنية على قبر النبي صلى الله عليه وسلم ، محققاً أنها بدعة حدثت بأيدي بعض السلاطين ، الجاهلين ، الخاطئين ، الغالطين ، وأنها مخالفة للأحاديث الصحيحة المحكمة الصريحة ؛ جهلاً بالسنَّة ، وغلوّاً وتقليداً للنصارى ، الضلال الحيارى :
4. Syekh SYAMSUD DIN AL AFGHANI rohimahulloh berkata:
”Al-Allamah Al-Khojnadi (1379 H) berkata dalam menjelaskan sejarah pembangunan kubah hijau yang dibangun di atas kuburan Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam,
'Setelah dikaji, IA ADALAH BID’AH yang dilakukan melalui tangan-tangan sebagian penguasa yang tidak paham dan keliru, yang jelas-jelas menyalahi hadits shahih muhkam (yang jelas mengandung hukum).
Karena ketidak tahuan tentang sunnah serta sikap berlebih-lebihan dan MEMBEBEK ORANG KRISTEN YANG SESAT DAN BINGUNG.
اعلم أنه إلى عام ( 678 هـ ) لم تكن قبة على الحجرة النبوية التي فيها قبر النبي صلى الله عليه وسلم ؛ وإنما عملها وبناها الملك الظاهر المنصور قلاوون الصالحي في تلك السنة - ( 678هـ) ، فعملت تلك القبة .
Ketahuilah, bahwa hingga tahun 678 H, kubah di atas kamar Nabi shollalloohu ‘alayhi wa sallam yang di dalamnya ada makam Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam tidak pernah ada.
Akan tetapi, hal tersebut baru dibangun oleh Raja Az Zhohir Al-Mansur Qolawun As Sholihi pada tahun itu (678 H). Maka dibangunlah kubah itu.
قلت : إنما فعل ذلك لأنه رأى في مصر والشام كنائس النصارى المزخرفة فقلدهم جهلاً منه بأمر النبي صلى الله عليه وسلم وسنته ؛ كما قلدهم الوليد في زخرفة المسجد ، فتنبه ، كذا في " وفاء الوفاء " ...
Saya tandasakan : ”Sesungguhnya (dia) melakukan hal itu karena melihat di Mesir dan Syam HIASAN/ORNAMEN PADA GEREJA ORANG KRISTEN. Maka dia MENIRUNYA karena tidak tahu terhadap perintah Nabi shollallahu ’alahi wa sallam dan sunnah-sunnahnya.
Sebagaimana Al-Walid menirunya dalam menghias masjid. Maka berhati-hatilah. (Wafa AL-Wafa).
اعلم أنه لا شك أن عمل قلاوون هذا -: مخالف قطعاً للأحاديث الصحيحة الثابتة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ؛ ولكن الجهل بلاء عظيم ، والغلو في المحبة والتعظيم وباء جسيم ، والتقليد للأجانب داء مهلك ؛ فنعوذ بالله من الجهل ، ومن الغلو ، ومن التقليد للأجانب" انتهى.
" جهود علماء الحنفية في إبطال عقائد القبورية " ( 3 / 1660 - 1662 ) .
Ketahuilah, tidak diragukan lagi bahwa PERBUATAN QOLAWUN (yang membangun kubah hijau di atas makam nabi SHOLLALLOOHU ‘ALAYHI WA SALLAM) ini -SECARA PASTI MENYELISIHI HADITS SHOHIH DARI ROSULULLOH shollallahu ’alaihi wa sallam.
Hanya saja KEBODOHAN ADALAH BENCANA BESAR.
Dan berlebih-lebihan dalam mencintai dan mengagung-agungkan adalah bencana yang mengerikan.
Meniru orang-orang asing (non Islam) adalah penyakit yang memusnahkan.
Maka kami berlindung kepada Allah dari kebodohan, berlebih-lebihan dan dari meniru orang-orang asing.”
(Juhud Ulama’ Al-Hanafiyah Fi Ibtol Aqoidil AL-Quburiyyah, (III:1660-1662)
ثالثاً:
سبب عدم هدمها
Ketiga:
SEBAB TIDAK/BELUM DIHANCURKANNYA KUBAH TERSEBUT
فقد بَيَّن العلماء الحكم الشرعي في بناء القبة ، وأثرها البدعي واضح على أهل البدع ، فهم متعلقون بها بناءً ولوناً ، ومدحهم وتعظيمهم لها نظماً ونثراً كثير جدّاً ، ولم يبق إلا تنفيذ ذلك من ولاة الأمر ، وليس هذا من عمل العلماء .
Para ulama sebenarnya telah menerangkan hukum syari’at terkait membangun kubah di atas makam. Pengaruh dari perbuatan bid’ah ini sangat jelas bagi para pelaku bid’ah. mereka menjadi amat tergantung dengan bangunan tersebut, baik bentuk maupun warnanya.
Pujian dan penghormatan mereka telah banyak melahirkan nazam (syair) maupun natsar (prosa). (Untuk mengatasi hal ini) yang ada tinggal WEWENANG PEMERINTAH (apakah hendak menghancurkan kubah-kubah tersebut atau membiarkannya -pent), DAN INI BUKAN WEWENANG ULAMA.
وقد يكون المانع من هدمها درءً للفتنة ، وخشيةً من أن تحدث فوضى بين عامة الناس وجهلتهم ، وللأسف فإن هؤلاء العامة لم يصلوا إلى ما وصلوا إليه من تعظيم تلك القبَّة إلا بقيادة علماء الضلالة وأئمة البدعة ، وهؤلاء هم الذي يهيجون العامة على بلاد الحرمين الشريفين ، وعلى عقيدتها ، وعلى منهجها ، وقد ساءتهم جدّاً أفعالٌ كثيرة موافقة للشرع عندنا ، مخالفة للبدعة عندهم ! .
Mungkin saja penghalang bangunan tersebut tidak dihancurkan (sampai saat ini -pent) adalah AGAR TIDAK MENIMBULKAN FITNAH (YANG LEBIH LUAS), SERTA KEKHAWATIRAN AKAN MUNCULNYA KEKACAUAN DI KALANGAN AWAM AKIBAT KETIDAKTAHUAN MEREKA (ATAS HUKUM MENGHANCURKAN KUBAH SEMACAM INI).
Yang sangat memprihatinkan adalah bahwa kalangan awam di tengah masyarakat dapat sampai pada tindakan pengagungan terhadap kubah tersebut tak lain karena AJARAN DAN ARAHAN DARI PARA UALAMA SESAT DAN PARA PEMUKA BID’AH !
Mereka inilah yang membuat kekacauan/provokasi terhadap dua negeri yang suci (Mekkah dan Madinah) serta terhadap aqidah dan manhajnya.
Karena telah banyak sekali prilaku yang sesuai dengan agama di kami yang menyalahi bid’ah mereka !
وبكل حال : فالحكم الشرعي واضح بيِّن ، وعدم هدمها لا يعني أنها جائزة البناء لا هي ولا غيرها على أي قبر كان .
Yang jelas, hukum agama telah tampak dengan jelas.
Tidak dihancurkannya kubah tersebut BUKAN BERARTI DIBOLEHKAN MEMBANGUNNYA, BAIK YANG TERDAPAT DI SANA MAUPUN DI KUBURAN TEMPAT LAINNYA.
قال الشيخ صالح العصيمي حفظه الله :
Syekh SHOLIH AL ‘USHOIMI hafizhohulloh berkata:
" إن استمرارَ هذه القبةِ على مدى ثمانيةِ قرونٍ لا يعني أنها أصبحت جائزة ، ولا يعني أن السكوتَ عنها إقرارٌ لها ، أو دليلٌ على جوازها ،
“Sesungguhnya berdirinya kubah tersebut selama delapan abad, BUKAN BERATI HAL INI DIBOLEHKAN.
Juga BUKAN BERARTI BILA DIDIAMKAN ARTINYA (PARA ULAMA) SETUJU ATAU BERARTI (ADA) DALIL YANG MEMBOLEHKAN !
بل يجبُ على ولاةِ المسلمين إزالتها ، وإعادة الوضع إلى ما كان عليه في عهدِ النبوةِ ، وإزالة القبةِ والزخارفِ والنقوشِ التي في المساجدِ ، وعلى رأسها المسجدُ النبوي ، ما لم يترتب على ذلك فتنةٌ أكبر منه ، فإن ترتبَ عليه فتنةٌ أكبر ، فلولي الأمرِ التريث مع العزمِ على استغلالِ الفرصة متى سنحت " انتهى .
" بدعِ القبورِ ، أنواعها ، وأحكامها " ( ص 253 ) .
والله أعلم
Bahkan SEHARUSNYA PARA PEMEGANG TAMPUK KEKUASAAN UMMAT ISLAM/ULIL AMRI MENGHILANGKANNYA (MENGHANCURKAN KUBAH YANG ADA PADA MASJID NABI shollalloohu ‘alayhi wa sallam TERSEBUT), DAN MENGEMBALIKAN KONDISINYA SEBAGAIMANA WAKTU KENABIAN, YAKNI DENGAN MENGHILANGKAN KUBAH, ORNAMEN SERTA DEKORASI DALAM MASJID, teristimewa lagi terutama pada Masjid Nabawi, jika hal itu tidak berdampak fitnah yang lebih besar.
Akan tetapi jika berdampak fitnah lebih besar, maka penguasa (harus) berhati-hati disertai keinginan kuat (untuk menghancurkannya) jika memungkinkan.
(Bida Al Qubur, Anwa’uha Wa ahkamuha, [hal.253])
Wallahu’alam .
Walhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin, wa shollalloohu ‘alaa Muhammadin.
Dikutip dari situs
https://islamqa.info/ar/answers/110061/
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini