Bagaimana cara memberi nasehat sesuai syariat kepada presiden atau pemerintah?
Baca Juga :
TANYA JAWAB SEPUTAR MANHAJ SALAF
{ 𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐃𝐑.𝐒𝐡𝐚𝐥𝐢𝐡 𝐛𝐢𝐧 𝐅𝐚𝐮𝐳𝐚𝐧 }
Bagaimanakah menjadi seorang pemberi nasihat yang sesuai syari'at kepada pemerintah?
JAWABAN:
Memberi nasihat kepada pemerintah bisa berupa beberapa bentuk, di antaranya:
[1] Mendo'akan kebaikan dan istiqamah bagi mereka. Sebab, termasuk Sunnah adalah mendo'akan kebaikan bagi pemimpin kaum Muslimin [132], terlebih di waktu-waktu mustajab serta ditempat-tempat yang di sana lebih diharapkan do'a terkabul. Imam Ahmad Rahimahullah berkata,
لوگان لنا دعوة متجابة لدعونا بها للسلطان .
“Seandainya kami mempunyai satu do'a yang mustajab, niscaya kami peruntukkan do'a tersebut untuk kebaikan penguasa.[132]
Mengingat bahwa baiknya penguasa berarti baik untuk rakyat. Dan rusaknya penguasa berarti rusak rakyatnya.
[2] Di antara bentuk nasihat kepada penguasa adalah menunaikan pekerjaan-pekerjaan yang mereka embankan kepada para pegawai pemerintah.
[3] Juga di antara bentuk nasihat kepada penguasa adalah memberitahukan kekeliruan dan kemungkaran yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang tidak mereka ketahui. Akan tetapi, hal ini dilakukan secara rahasia antara pemberi nasihat dengan penguasa.[134]
.
Bukan dengan cara menampakkannya di depan banyak orang, atau orasi di atas mimbar-mimbar. Sebab, cara-cara ini akan menimbulkan kejelekan dan memunculkan permusuhan antara penguasa dengan rakyatnya.
.
Nasihat itu bukanlah membicarakan kesalahan-kesalahan penguasa di mimbar-mimbar atau kursi di hadapan banyak orang. Seperti ini tidak mendatangkan kebaikan, dan hanya akan menambah keburukan. [135]
.
Nasihat itu, yaitu Anda menghubungi penguasa melalui seseorang, atau tulisan, atau piranti yang bisa berhubungan dengan mereka,[136 ]sehingga sampailah nasihat antara dirimu dengan mereka secara rahasia.
.
Juga bukan termasuk nasihat, yaitu kita tuliskan nasihat tersebut lalu kita sebarkan di tengah-tengah banyak orang,
.
atau disampaikan kepada setiap orang agar mereka mencela penguasa, lantas kita katakan: “Ini sebuah nasihat." Tidak! Ini mengekspos aib! Cara seperti ini menimbulkan perkara perkara yang akan menyebabkan berbagai keburukan, para musuh menjadi gembira, dan memberi peluang masuknya para pengikut hawa nafsu.
•
Footnote :
[132] - Al-Imam Abu Muhammad Al-Hasan bin 'Ali Al-Barbahariy, dalam kitabnya Syarhus Sunnah, berkata, “Apabila engkau melihat ada orang berdo'a jelek untuk penguasa, maka ketahuilah bahwa ia adalah pengikut hawa nafsu.
.
Dan jika engkau melihat orang berdo'a baik untuk penguasa, maka ketahuilah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah, insya Allah." Lihat Syarhus Sunnah (hlm. 116, tahqiq Abu Yasir Khalid Ar-Raddadi).
.
Sangat banyak riwayat dari para Salaf tentang anjuran mendo'akan kebaikan kepada penguasa.
.
Al-Fudhail bin ‘lyadh Rahimahullah berkata,
.
لوگان لئ دعوه مستجابة ماصيرتها إلا في الإمام .
.
“Andai aku ada satu do'a mustajab, niscaya aku jadikan untuk pemimpin.” Ada orang berkata kepada beliau, “Bagaimana hal itu, wahai Abu 'Ali?" Maka beliau menjawab, "Jika aku berikan do'a itu untuk diriku sendiri, niscaya tidak akan mencukupiku. Dan apabila aku jadikan doa tersebut untuk pemimpin, niscaya kebaikan pemimpin adalah kebaikan untuk rakyat dan negeri.” Lihat Hilyatul Auliyaa' (V111/91).
.
Al-Imam Ahmad Rahimahullah mengatakan kepada puteranya, 'Abdullah, tatkala mendiktekannya, “Aku memohon kepada Allah supaya memanjangkan keberadaan pemimpin kaum Muslimin dan mengokohkannya serta menolongnya dengan pertolongannya. Sesungguhnya Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu.” Lihat As-Sunnah li 'Abdillah bin Imam Ahmad (1/104) dan Siyar A'laamin Nubalaa lidz Dzahabi (XI/387).
.
[133] - Majmuu’ul Fataawaa (XXVIII/391) dan Kasysyaaf Al-Qanaa' (11/37).
.
[134] - Ini adalah cara yang mulia dan benar dalam menasihati penguasa.
Rasulullah ﷺ telah mengarahkan kita untuk melakukannya. Beliau bersabda :
“Siapa saja yang ingin menasihati penguasa, maka janganlah melakukannya terang-terangan. Namun peganglah tangannya dan menyendirilah dengannya. Jika ia mau menerimanya, niscaya ia menerimanya. Dan jika tidak, maka ia telah menunaikan kewajibannya (menasihati) dan memenuhi haknya (untuk dinasihati).” Hadits ini telah berlalu takhrijnya.
.
[135]- Menyebarkan aib penguasa dengan dalih nasihat memiliki sejumlah bahaya: Pertama, padanya ada unsur riyaa dan ingin terkenal. Tidak tersembunyi lagi jeleknya perkara ini bagi dirinya, seperti menghapuskan pahala amalnya. Sebab, amalan apabila ditutupi, itu lebih diharapkan untuk diterima di sisi Allah Ta'ala.
.
Kedua, diterimanya nasihat oleh pihak yang dinasihati tidak bisa diharapkan. Sebab, ia menganggap itu adalah membuka aibnya. Bukan nasihat. Dan terkadang justru membuatnya sombong dengan perbuatan dosanya, sehingga orang yang menyampaikan nasihat tersebut turut menanggung dosanya.
.
Ketiga, bahwa menyebarkan aib penguasa di atas mimbar -meski apa yang dikatakannya benar-hal tersebut akan menghasut rakyat dan membuat hati-hati mereka berkobar melawan penguasa. Dan terkadang mengakibatkan hilangnya kepatuhan dan ketaatan kepada mereka dalam perkara yang ma'ruf. Ini adalah Manhaj Khawarij.
.
Tidaklah terjadinya fitnah terbunuhnya 'Utsman Radhiyallahu'Anhu melainkan disebabkan perbuatan sejumlah orang jahil tentang Sunnah yang mengikuti para provokator yang menyebarkan isu-isu di tengah masyarakat mengenai hak Al-Khalifatur Rasyid 'Utsman Radhiyallahu'Anhu .
.
Maka, tidaklah boleh mendidik para pemuda dan masyarakat umum di atas manhaj yang buruk ini karena akan bawa manusia pada kebinasaan. Bahkan, wajib untuk memeranginya dan menjelaskan kepada ummat melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah di atas Manhaj Salaf. Wallaahu a'lam.
[136]- Seperti para ulama, semoga Allah memberi taufik kepada mereka.
https://t.me/antihizb
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini