——

 Bismillāh. 𝗞𝗲𝗯𝗲𝗿𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗻𝗮𝗺𝗮. Itulah istilah yg sering kita dengar di tengah² masyarakat hingga saat ini. Krn keberatan nama, si Fulan jd sering sakit²an. Sehingga org tua, kakek/nenek, maupun sesepuh di kampung menyarankan agar namanya diganti. Na'ūdzubullāhi min dzālik. 𝙈𝙚𝙣𝙜𝙜𝙖𝙣𝙩𝙞 𝙣𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙧𝙣 𝙩𝙖𝙠𝙙𝙞𝙧 𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙮𝙜 𝙙𝙞𝙙𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙚𝙣𝙮𝙖𝙣𝙙𝙖𝙣𝙜 𝙣𝙖𝙢𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙢𝙖𝙨𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙢𝙗𝙞𝙡 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙗 𝙮𝙜 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙗, 𝙙𝙖𝙣 𝙞𝙩𝙪 𝙩𝙚𝙧𝙢𝙖𝙨𝙪𝙠 𝙥𝙚𝙧𝙗𝙪𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙨𝙮𝙞𝙧𝙞𝙠𝙖𝙣. 

Lalu kapan dibolehkan mengganti nama ? 

• Jika kandungan maknanya tidak sesuai / melanggar syariat (mengandung pujian thd diri sendiri ataupun bermakna jelek/keras) 

• Jika diganti dgn nama yg lebih baik Sebagaimana Nabi ﷺ telah menganti nama sebagian sahabat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Dulu Zainab bernama Barrah (wanita yg sangat baik sekali -pen) sehingga org berkomentar: dia memuji dirinya sendiri. Kemudian Rasulullah ﷺ menangganti namanya dgn Zainab. (HR. Bukhari 6192 & Muslim 5732) Dlm riwayat lain, Juwairiyah juga sebelumnya bernama Barrah, kemudian diganti oleh Nabi ﷺ dgn nama Juwairiyah. (HR. Muslim 5729). 

Ibnu Umar menceritakan, Salah satu putri Umar bin Khattab ada yg diberi nama Ashiyah (wanita pembangkang). Kemudian diganti oleh Nabi ﷺ dgn nama Jamilah. (HR. Ahmad 4785 dan Muslim 5727) Jadi, Sementara suami anda tidak mengubah nama anaknya sesuai yg disarankan ortunya, bukan termasuk durhaka. Krn ketaatan hanya utk perkara yg makruf. Dan tidak ada ketaatan utk makhluk dlm hal maksiat kepada Sang Pencipta. Fatwa Lajnah Daimah, Volume 2, no. 95 Wallāhu a'lam. 

🔎 Konsultasisyariah.com