Dakwah Tauhid diwajibkan atas ssmua dai Islam
Baca Juga :
DAKWAH TAUHID DIWAJIBKAN ATAS SEMUA DAI ISLAM
Dakwah Tauhid (menyeru umat untuk beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan kesyirikan) merupakan prioritas dan intisari dakwah para Nabi dan para Rasul, sejak Rasul pertama yaitu Nabi Nuh alaihissalam hingga Rasul terakhir yaitu Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah berfirman:
:وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِى ڪُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّـٰغُوتَ9
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (sesembahan selain Allah) itu". (QS. An-Nahl: 36)
:لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَـٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَيۡرُهُ ۥۤ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sesembahan (yang Haq) bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (jika kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). (QS. Al-A’râf: 59)
:قُلۡ هَـٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۟ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِىۖ وَسُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۟ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yûsuf: 108)
Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata tentang ayat di atas: Allah ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diutus kepada jin dan manusia seraya memerintahkannya untuk menjelaskan kepada manusia bahwa inilah jalan beliau dan sunnah beliau. Yaitu berdakwah kepada kalimat syahadat Lâ Ilâha Illallâh (tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah) tidak ada sekutu bagi-Nya. Beliau menyeru ke jalan Allah diatas ilmu, keyakinan dan keterangan. Beliau dan para pengikut beliau berdakwah kepada apa yang didakwahkan oleh Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam diatas ilmu, keyakinan, dan keterangan secara akal maupun syariat. [1]
Inilah yang diikuti dan dijalankan oleh Dakwah Salafiyah, Al-Firqah An-Nâjiyah, Ath-Thâifah Al-Manshûrah, Ahlussunnah wal Jamâah. Dan ini juga yang merupakan salah satu manhaj serta ciri khas dakwah mereka yang membedakannya dengan dakwah ahli bid’ah. Dakwah Salafiyah, Al-Firqah An-Nâjiyah, Ath-Thâifah Al-Manshûrah, Ahlussunnah wal Jamâah senantiasa memprioritaskan dakwah kepada tauhid uluhiyah dimanapun dan kapan pun mereka berada. Dan inilah ucapan para ulama-ulama dakwah salafiyah tentang prioritas dakwah tauhid ini:
1. Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu berkata dalam Kitâb Tauhîd: Bab “Dakwah kepada Syahadat Lâ Ilâha Illallâhu” kemudian beliau membawakan hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma tentang wasiat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Muadz bin Jabal radhiyallahu 'anhu untuk mendahulukan dakwah kepada kalimat tauhid di negeri Yaman. Dan di masâil (kesimpulan/faidah) bab itu beliau mengatakan:
• Poin ketujuh: Tauhid adalah kewajiban pertama.
• Poin kedelapan: Pembahasan tentang tauhid harus didahulukan sebelum yang lainnya meskipun pembahasan tentang shalat.
• Poin kedua belas: Memulai dengan yang paling utama (tauhid) kemudian yang utama.
2. Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumullahu berkata: Barangsiapa yang ingin berdakwah maka hendaknya dia mulai dengan dakwah kepada tauhid yang merupakan makna dari syahadat Lâ Ilâha Illallâhu. Hal ini dikarenakan tidak akan sah amal ibadah tanpa tauhid dan karena dia adalah pondasi bagi amal-amal tersebut. [2]
3. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu berkata: Wajib bagi para dai untuk menjelaskan kepada manusia apa yang telah disampaikan oleh para Rasul dari menyeru kepada jalan yang lurus yaitu Islam yang merupakan agama Allah yang haq....Dan yang paling utama adalah berdakwah kepada aqidah yang benar, untuk mengikhlaskan ibadah kepada Allah serta mentauhidkan-Nya dalam ibadah. [3]
4. Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata dalam risalah “At-Tauhîd Awwalan Ya Du’ât Al-Islâm” (Tauhid yang pertama, wahai dai-dai Islam): Tidak diragukan lagi bahwa keadaan orang-orang Arab di zaman Jahiliyah itu serupa dengan keadaan kebanyakan dari kelompok-kelompok kaum muslimin saat ini. Oleh karena itu, kita katakan: Solusi bagi umat Islam sekarang ini sama dengan solusi di zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan obatnya juga sama, yaitu apa yang dilakukan/didakwahkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka wajib bagi semua dai kaum muslimin saat ini, untuk meluruskan kesalahpahaman tentang makna Lâ Ilâha Illallâhu. [4]
5. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullahu berkata ketika menjelaskan tentang manhaj Al-Firqah An-Nâjiyah: Al-Firqah An-Nâjiyah mengutamakan tauhid yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, yang itu merupakan pondasi bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar. Dan harus menyingkirkan kesyirikan dengan segala bentuknya yang tersebar di kebanyakan negeri-negeri Islam. Hal ini merupakan konsekuensi tauhid. Tidak mungkin ada pertolongan bagi kelompok Islam manapun yang meremehkan masalah tauhid dan tidak memerangi kesyirikan dengan segala bentuknya. Ini semua dalam rangka mengikuti jejak para rasul dan rasul kita Shallallahu 'alaihi wa sallam [5].
Beliau juga berkata ketika menjelaskan tentang faidah ayat 108 dari surat Yûsuf di atas: (Ayat tersebut) memerintahkan untuk berdakwah kepada Tauhidullah (mengesakan Allah dalam ibadah) serta mendahulukannya (mengutamakan, memprioritaskan, mementingkannya) dari dakwah yang lainnya [6]. Beliau juga berkata: Sesungguhnya sikap ulama (ulama yang benar atau ulama su’/sesat) dalam mendakwahkan tauhid dan memerangi kesyirikan ada beberapa golongan:
1) Mereka paham tauhid, urgensinya dan macam-macamnya. Dan mereka juga memahami tentang kesyirikan serta jenis-jenisnya dan mereka pun menjalankan tugas mereka sebagai ulama dengan menjelaskan kepada manusia apa itu tauhid dan apa itu syirik. [7]
2) Mereka yang meremehkan dakwah kepada tauhid yang merupakan pondasi Islam. Mereka lebih mengutamakan dakwah kepada shalat, hukum dan jihad tanpa meluruskan aqidah kaum muslimin terlebih dahulu.
3) Mereka yang meninggalkan dakwah tauhid dan tidak memerangi kesyirikan karena takut dicela manusia atau takut akan kedudukan mereka hingga mereka pun menyembunyikan ilmu yang Allah perintahkan mereka untuk menyampaikannya.
4) Mereka yang memerangi dakwah tauhid. [8]
6. Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr rahimahullahu berkata: Wajib bagi para dai untuk memulai dengan yang paling penting sebagaimana para Nabi memulai dakwah mereka dengan aqidah dan tauhid. Orang yang memperbaiki permasalahan dari yang tidak berkaitan dengan pondasinya maka seolah-olah dia ingin untuk mengobati orang yang telah mati atau dia membangun atap sebelum meletakkan pondasinya. [9]
7. Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullahu berkata: Wajib bagi para dai untuk memulai (dalam berdakwah) dengan hal-hal yang penting. Maka dia mulai dengan perbaikan aqidah, karena itu adalah pondasi bagi semua amal ibadah...Demikian pula dakwah Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam selama 13 tahun di kota Makkah sebelum berhijrah menyeru mereka untuk bertauhid dan melarang mereka dari kesyirikan, sebelum beliau menyeru mereka kepada shalat, zakat, puasa dan haji. Ini menunjukkan bahwa manhaj para Nabi di dalam berdakwah itu satu manhaj, yaitu memulai dengan dakwah kepada tauhid dan melarang dari kesyirikan, kemudian baru menyeru kepada hukum-hukum syariat yang lain. Ini dilakukan meski di tengah masyarakat yang sudah muslim, dikarenakan masih banyak kesyirikan di tengah-tengah mereka dan di negeri mereka. Hal ini disebabkan banyaknya para dukun/paranormal, dajjal/pendusta yang menyeru kepada kerusakan aqidah. Di masyarakat kita sekarang -sebagaimana yang kalian ketahui- banyak sekali fenomena-fenomena syirik besar semisal penyembahan kepada kuburan keramat di tengah negeri-negeri kaum muslimin, namun hanya sedikit yang mengingkarinya dari para dai yang banyak jumlahnya. Dan ini menunjukkan akan kerusakan manhajnya dalam berdakwah. [10]
8. Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullahu berkata: Sesungguhnya memperbaiki tauhid itu seperti memperbaiki hati dalam jasad...Oleh karena itu, semua dakwah yang tidak ditegakkan diatas pondasi ini dan tidak memprioritaskan kepada tauhid serta tidak memulainya dari tauhid maka dia akan menyimpang sesuai dengan kadar jauhnya dia dari prinsip yang satu ini. Seperti para dai yang menghabiskan usianya untuk memperbaiki masalah muamalah (jual beli atau tentang riba) diantara manusia, sedangkan muamalah mereka dengan Allah (aqidah) jauh dari manhaj salafush shalih. [11]
9. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahumallahu berkata: Diantara keistimewaan tauhid adalah dia merupakan kewajiban pertama atas setiap mukallaf....Dan yang pertama kali didakwahkan kepada manusia adalah tauhid. Dan dalil tentang ini banyak sekali. Diantaranya sabda Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan diantara dalilnya dari hadits adalah sabda Rasul kepada Muadz bin Jabal ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman: Sesungguhnya engkau akan mendatangi ahli kitab, maka jadikan dakwahmu pertama kali adalah engkau menyeru mereka untuk beribadah kepada Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)
10. Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili hafizhahullahu pada liqa’ maftuh (soal jawab) daurah aqidah dan manhaj di Kota Batu (Jawa Timur) 2018 berkata: Adapun perkataan bahwa dakwah tidak harus dimulai dengan tauhid, maka pada hakikatnya ini adalah kesalahan besar. Barangsiapa yang mati tidak diatas tauhid maka tidak ada manfaatnya ketaatannya...Tidak ada orang yang lebih baik akhlaknya dan lebih lembut tutur katanya dibandingkan dengan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal bisa saja Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memulai dakwahnya kepada orang-orang Quraisy dengan apa yang mereka sukai yaitu tentang akhlak yang baik dan yang lainnya agar mereka tertarik, kemudian baru didakwahi tauhid. Namun Rasul memulai dari tauhid...Setiap dai harus mengikuti manhaj Rasul dalam berdakwah bukan mengarang-ngarang sendiri.
▶️ Tambahan keterangan agar tidak disesatkan oleh para penebar syubhat:
- Syaikh Al-Albani rahimahullahu banyak dikenal/digelari sebagai ahlul hadits abad ini, meskipun demikian beliau tetap gencar dan memprioritaskan dakwah tauhid. Di antara buktinya, Syaikh Walid bin Muhammad bin Saif An-Nashr hafizhahullahu menyusun kitab (3 jilid) dengan judul Juhûd Al-Imâm Al-Albâni Fi Taqrîr Tauhîd Al-Ibâdah (Perjuangan Imam Al-Albani Dalam Mengokohkan Tauhid Ibadah). Dan beliau berkata di antara faedah buku di atas adalah:
1. Untuk menjelaskan bahwa Al-Allamah Al-Albani memiliki perhatian yang luar biasa terhadap tauhid ibadah.
2. (Untuk menjelaskan) bantahan imam Al-Albani terhadap banyak syubhat yang berkaitan dengan pembahasan-pembahasan tauhid.
3. (Untuk menjelaskan) tentang pengalaman dakwah Syaikh, dialog ilmiyah serta diskusi yang terarah yang berkaitan dengan tauhid. [12]
- Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu banyak dikenal sebagai faqihul ummah (spesialis masalah fiqih), namun beliau juga sangat antusias mengajarkan tauhid/aqidah, di antara buktinya adalah karya-karya ilmiyah beliau tentang aqidah semisal: Al-Qaulul Mufîd 'ala Kitâb At-Tauhîd, Syarah Al-Aqîdah Al-Wâsithiyah, Aqîdah Ahlussunah Wal Jamâah, Al-Qawâ'id Al-Mutsla dan juga Syarahnya, Taqrîb At-Tadmûriyah, dll.
- Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullahu merupakan lulusan S2 dan S3 bidang fiqih, namun beliau sangat antusias berdakwah dan mengajarkan aqidah. Buktinya sangat banyak sekali, di antaranya: Syarah Al-Aqîdah Al-Wâsithiyah, Al-Irsyâd Ila Shahîhi Al-I'tiqâd, Syarah Nawâqidh Al-Islâm, dll.
- Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr dikenal sebagai ahli qiraah, namun beliau juga sangat antusias mengajarkan aqidah. Di antara buktinya karya ilmiyah beliau tentang aqidah semisal: Al-Intishâr Fi Syarhi Aqîdah Aimmah Al-Anshâr, Sifatu As-Sâq lillahi ta'ala, Baina Al-Amni Wa Al-Îmân, Al-Wâsithiyah, At-Tabdîd Li Dzulumât man Khâlafa At-Tauhîd, dll.
- Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili hafizhahullahu dikenal sebagai spesialis Ushul fiqih, namun beliau juga sangat antusias mengajarkan aqidah. Di antara buktinya adalah ceramah/karya ilmiyah beliau tentang aqidah semisal Syarah Al-Ushûl As-Sittah, Syarah Nawâqidh Al-Islâm, Syarah Kitâb At-Tauhîd, Syarah Al-Ushûl Ats-Tsalâtsah, dll.
Link PDF: http://bit.ly/3EnPMCG
-----------------------------
[1] Tafsîr Ibnu Katsîr 2/644.
[2] Taisîr Al-Azîz Al-Hamîd hal. 89.
[3] Ad-Dakwah Ilallâh hal. 40-41.
[4] At-Tauhîd Awwalan hal. 7-8.
[5] Minhâj Al-Firqah An-Nâjiyah hal. 7.
[6] Kaifa Nafhamu Al-Qurân hal. 172.
[7] (Inilah ulama yang benar yang merupakan pewaris para Nabi. Adapun 3 golongan yang berikutnya maka itulah ulama su’).
[8] Minhâj Al-Firqah An-Nâjiyah hal. 38-40.
[9] Min Ma’âlim Al-Manhaj An-Nabawi fi Ad-Dakwah Ilallâh hal.12.
[10] Muhâdharât fi Al-Aqîdah wa Ad-Dakwah 1/126-127.
[11] Sittu Ad-Durar hal. 17.
[12] Juhûd Al-Imâm Al-Albâni Fi Taqrîr Tauhîd Al-Ibâdah 1/21 oleh Syaikh Walid bin Muhammad bin Saif An-Nashr hafizhahullahu.
Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami
Share Artikel Ini