Search

Benarkah imam Thowus dulu sebagian tabiin dan sahabat Nabi menganjurkan keluarga mayat menghidangkan makanan untuk pelayat selama 7 hari pertama kematian tahlilan ?

Baca Juga :

 



Bismillah

BENARKAH IMAM THOWUS rohimahulloh -BELIAU SEORANG KIBAARUT TABI’IN- MERIWAYATKAN BAHWA DULU SEBAGIAN TABI’IN DAN SHAHABAT NABI rodhialloohu ‘anhum MENGANJURKAN AGAR KELUARGA MAYAT MENGHIDANGKAN MAKANAN UNTUK PARA PELAYAT SELAMA TUJUH HARI PERTAMA KEMATIAN (Baca: ‘Tahlilan’) ?

DAN BENARKAH IBNU ‘UMAR rodhialloohu ‘anhumaa JUGA BERPENDAPAT SEPERTI ITU ?

By: Berik Said


JAWABAN

Pertama 

Terkait Riwayat THOWUS rohimahulloh


Memang ada riwayat demikian, yakni dari SUFYAAN ATS TSAURI rohimahulloh yang berkata :

قَالَ طَاوُسٌ: " إِنَّ الْمَوْتَى يُفْتَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ سَبْعًا، فَكَانُوا يَسْتَحِبُّونَ أَنْ يُطْعَمَ عَنْهُمْ تِلْكَ الأَيَّامِ "

Telah berkata THOWUS rohimahulloh : “Sesungguhnya orang yang meninggal akan DIUJI DALAM KUBURNYA SELAMA TUJUH HARI. (Karena itulah) dahulu MEREKA (YAKNI SEBAGAIN TABI’IN ATAU SEBAGIAN SHAHABAT rodhialloohu ‘anhum) MENYUKAI UNTUK MEMBERIKAN MAKANAN DARI MEREKA (YANG TELAH MENINGGAL) PADA (TUJUH) HARI-HARI TERSEBUT”. 


Penjelasan Terkait Riwayat Thowus di Atas


Kisah di atas terdapat diantaranya dalam Hilyatul Auliyaa’ [IV:11], karya Abu Nu’aim rohimahulloh.


Juga diketengahkan oleh Ibnul Hajar rohimahulloh dalam al Mathoolib al ‘Aliyah [No.834, hal.242].


APAKAH KISAH DI ATAS SHOHIH PERIWAYATANNYA ?


Sebelum membahas shohih tidaknya, maka kita perlu mengetahui dua tokoh yang terkait periwayatan di atas, yakni SUFYAN ATS TSAURI dan THOWUS rohimahumalloh. 


Tak diragukan keduanya adalah tokoh salaf dan manusia mulia yang sangat dapat dipercaya.

Berikut riwayat hidup ringkas keduanya.


SUFYAAN ATS TSAURI rohimahulloh

Beliau adalah Sufyaan bin Sa’id bin Masruq at Tsauri, lahir tahun 97 H / 716 M, di Kufah. Beliau dikenal sebagai pakar hadits dan fiqih pada zamannya. 

Bahkan beliau digelari ‘AMIIRUL MUKMININ FIL HADITS’ (Pemimpin orang-orang beriman dalam bidang hadits).


Ibnu Ma'in rohimahulloh berkata : "Sufyan ats Tsauri rohimahulloh adalah seorang pemimpin orang mukmin dalam bidang hadits”.


Bukhori dan Muslim juga telah menjadikan beliau sebagai rawinya 

(Taqriibut-Tahdziib [no. 2458].

Beliau wafat di Bashroh tahun 161 H /778 M.

(Lihat biografi beliau dalam Siyaar A’lam an Nubalaa karya adz Dzahabi, dll)


THOWUS rohimahulloh.

Beliau adalah Thowus bin Kaisan al Yamani al Himyar. 


Beliau seorang TABI’IN mulia yang telah berguru pada 50 shahabat, diantaranya Ibnu Abbas, Ibnu ‘Umar, Abu Hurairoh, ‘Aisyah, dll rodhialloohu ‘anhum.

(Lihat diantaranya pada al Haawi [II:216]


Beliau sangat dapat dipercaya. Bukhori dan Muslim jua sering memakai beliau dalam periwayatan haditsnya. 

(Lihat Taqribut Tahdzib, [No. 3026].

Beliau WAFAT di Madinah, tahun 106 H.


LANTAS APAKAH KISAH DI ATAS SHOHIH ?


Nah kita tahu syarat shohihnya sebuah periwayatan, BUKAN HANYA PARA PERAWINYA DAPAT DIPERCAYA, tapi juga DIANTARANYA DIBUKTIKAN DENGAN APAKAH SECARA TEORITIS ANTARA RAWI YANG BERDEKATAKAN DAN SALING MERIWAYATKAN ITU DILIHAT DARI TAHUN WAFAT DAN KELAHIRANNYA MEMANG DIMUNGKINKAN BERTEMU ?


Kalau tidak bertemu berarti MUNQOTHI (TERPUTUS RANGKAIAN PERIWATNYA), dan HADITS MUNQOTHI’ ITU MASUK BAGIAN HADITS DHO’IF YANG TAK BOLEH DIJADIKAN ARGUMENTASI !


Jadi sekalipun rawinya dapat dipercaya namun tidak memenuhi persyaratann lainnya, maka periwayatanya kadang disebut sebagi SYAADZ (ganjil), atau ILLAT (mengandung cacat yang tersembunyi yang biasanya diketahui oleh pakar hadits yang amat mumpuni).


Sekarang kita lihat riwayat Thowus rohimahulloh di atas, dan kita bedah beberapa masalah beriku :


BENARKAH SUFYAN ATS TSAURI PERNAH BERTEMU LANGSUNG ATAU MERIWATKAN LANGSUNG DARI THOWUS rohimahumalloh ?


Cerita di atas bersumber dari SUFYAN ATS TSAURI rohimahulloh YANG LAHIRNYA TAHUN 97 H.

Sementara THOWUS rohimahulloh WAFATNYA TAHUN 106 H.


Jika demikian, dengan melihat SEJARAH LAHIR DAN WAFATNYA dua tokoh di atas, MAKA MESTINYA SUFYAAN ATS TSAURI MENEMUI DAN MERIWAYATKAN KHABAR DARI THOWUS rohimahumalloh SAAT USIA 9 TAHUN ! 


Dan tentu saja ini boleh dikatakan secara logika HAMPIR MUSTAHIL INI TERJADI, APALAGI DALAM KONTEKS MERIWAYATKAN, DITAMBAH KEDUANYA TINGGAL DI WILAYAH YANG AMAT BERJAUHAN !


Jarak Kufah (tempat lahirnya Sufyan at Tsauri rohimahulloh ) ke Madinah (tempat wafatnya Thowus rohimahulloh) sekitar 1400 KM-an.


Saat itu tentu saja belum ada kendaraan modern seperti sekarang, dan umumnya orang rihlah maksimal dengan unta atau keledai.


Bagaimana anak kecil akan melakukan rihlah ribuan km dengan kedaan seperti itu ?

Sungguh probabilitinya terlalu kecil !


Bahkan sampaipun ulama yang berpendapat bahwa Sufyan ats Tsauri pernah bertemu Thowus, maka mereka tetap menyatakan sebagian besar periwayatan Sufyan ats Tsauri rohimahulloh itu VIA SEORANG PERIWAYAT LAINNYA -YAKNI VIA MURIDNYA THOWUS- DAN TIDAK LANGSUNG DARI THOWUS.


Hal ini diantaranya dikatakan oleh as Suyuthi rohimahulloh yang berkata :

إلا أن أكثر روايته عنه بواسطة 

Hanya saja SEBAGIAN BESAR / KEBANYAKAN PERIWAYATANNYA (PERIWAYATAN SUFYAN AT TSAURI DARI TOWUS rohimahumalloh, ITU VIA PERANTARA (RAWI LAIN, BUKAN SUFYAN AT TSAURI MENDENGAR LANGSUNG DARI TOWUS rohimahhumalloh -pent).

(al Haawi [II:217]


ULAMA LAINNYA BAHKAN MENGISYARATKAN BAHWA SUFYAN TS TSAURI TIDAK PERNAH BERTEMU ATAU MERIWAYAKAN LANGSUNG DARI THOWUS rohimahumalloh


Al Hafizh rohimahulloh pernah menyatakan LEMAHNYA HADITS SUFYAAN ATS STAURI YANG DIKATAKKAN MENERIMANYA LANGSUNG DARI THOWUS, karena dalam pandangan al Hafizh rohimahulloh SUFYAN MESTINYA MENERIMA PERIWAYATAN ITU TAK LANGSUNG DARI THOWUS, TAPI DARI MURIDNYA THOWUS !

Lihatlah ini dalam kajian Ibnu Hajar rohimahulloh dalam tahqiqnya atas al Matholib al ‘Aliyah: [V:330].


Terlabih lagi jika kita menyimak kesaksian al Fadhl bin Dukain rohimahulloh : 

خرج سفيان الثوري من الكوفة سنة خمس وخمسين …

"Sufyaan ats Tsauriy rohimahulloh keluar dari negri Kufah pada TAHUN 155 H, dan kemudian ia TIDAK KEMBALI LAGI. 

(Tarikh Baghdad [X:242] )


Nah, dengan menyimak kesaksian al Fadhl bin Dukain rohimahulloh di atas, maka : 

Jika RIHLAH (PERJALANAN JAUH UNTUK MENUNTUT ILMU) SUFYAN ATS TSAURI rohimahulloh BARU MULAI TAHUN 155 H, SEMENTARA IMAM THOWUS rohimahulloh TELAH WAFAT TAHUN 106 H, lantas BAGAIMANA DIKATAKAN KEDUANYA BERTEMU DAN APALAGI MERIWAYATKAN ?

Ini sama sekali TIDAK MASUK AKAL !


Dengan dasar penjelasan di atas maka kisah di atas SANGAT LEMAH DAN DALAM ILMU PERIWAYATAN TIDAK DITERIMA !


Selanjutnya…

Kedua

Terkait Riwayat ‘IBNU ‘UMAR rodhialloohu ‘anhuma


Ada lagi syubhat semisal yang disandarkan pada IBNU ‘UMAR rodhilalloohu ‘anhumaa.


Kisah ini berasal dari JURAIJ rohimahulloh yang mengatakan bahwa IBNU ‘UMAR rodhiallohu ‘anhumaa mengatakan :

إِنَّمَا يُفْتَنُ رَجُلانِ مُؤْمِنٌ، وَمُنَافِقٌ، أَمَّا الْمُؤْمِنُ: فَيُفْتَتَنُ سَبْعًا…

“Dua orang yaitu orang mukmin dan munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia DIUJI (DALAM KUBURNYA) SELAMA TUJUH HARI (PERTAMA KEWAFATANNYA) …


Atsar di atas dijadikan dalil oleh ahli bid’ah untuk melakukan TAHLILAN KEMATIAN PADA TUJUH HARI PERTAMA !


Untuk membantah ini sebenarnya bisa dari beberapa sisi, namun cukup saat ini ana melihat dari SISI PERIWYATAN ATSAR DI ATAS.


Atsar tersebut diriwayatkan oleh ‘Abdur Rozzaq dalam Mushonnaf-nya [III:590 ,no. 6757].


Sanad atsar ini LEBIH BERMASALAH, karena IBNU JURIJ JELAS TIDAK SEZAMAN DAN TAK PERNAH BERTEMU DENGAN IBNU ‘UMAR rodhialloohu ‘anhumaa


Ibnu Juraij rohimahulloh lahir sekitar tahun 80 H, sementara Ibnu ‘Umar rodhialloohu ‘anhumaa wafatnya aja tahun 73 H!  


Maka MUSTAHIL IBNU JURAIJ BERJUMPA IBNU UMAR, KARENA SAAT IBNU JURAIH DILAHIRKAN, MAKA IBNU UMAR rodhialloohu ‘anhumaa TELAH WAFAT 7 TAHUN LAMPAU !


Lantas bagaimana mungkin IBNU JURAIJ MERIWAYATKAN LANGSUNG DARI IBNU ‘UMAR YANG UDAH WAFAT BEBERAPA TAHUN SEBELUM LAHIRNYA IBNU JURAID?

He he…. Mustahil !


Maka ulama memastikan IBNU JUARIJ TIDAK PERNAH MENEMUI SEORANG SHAHABATPUN (DAN KITA TAHU IBNU UMAR ITU SEORANG SHAHABAT NABI shollalloohu ‘alayhi wa sallam)

(Penjelasan selengkapnya lihat di Jami’ut Tahshil, [hal. 229-230, no. 472].


Makanya Ibnu Juraij ini di sisi ulama hadits, meskpun beliau dianggap faqih dan tsiqoh (dapat dipercaya), sayangnya beliau sering MENTADLIS HADITS (menyamarkan periwayatan hadits ),

(Taqriibut-Tahdziib, hal. 1023 no. 7362].


Dan diantara perkara yang makin memastikan tidak shohihnya riwayat bahwa TABI’IN ATAU APALAGI PARA SAHABAT rodhialloohu ‘anhum MENGANJURKAN MEMBERIKAN MAKANA PADA TUJUH HARI PERTAMA SETELAH KEWAFATAN SESEORANG, adalah ATSAR SHOHIH YANG JUSTRU MENUNJUKKAN SHAHABAT rodhialloohu ‘anhum BERIJMA BAHWA MENYEDIAKAN HIDANGAN MAKANAN DARI KELUARGA MAYAT UNTUK PARA PELAYAT ADALAH TEMASUK NIYAAHAH (RATAPAN) YANG DIHARAMKAN DALAM ISLAM ! 


Jarir bin ‘Abdillah al Bajaliy rodhialloohu ‘anhu menyatakan:

كُنَّا نَرَى الِاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنْعَةَ الطَّعَامِ مِنَ النِّيَاحَةِ

“Kami (para shahabat rodhialloohu ‘anhum) menganggap bahwa BERKUMPUL-KUMPUL DI RUMAH KELUARGA MAYIT, SERTA MENYEDIAKAN MAKANAN OLEH MEREKA (KELUARGA MAYIT UNTUK PARA PELAYAT) TERMASUK BAGIAN DARI NIYAAHAH (MERATAPI KEMATIAN YANG DIHARAMKAN DALAM ISLAM -pent). 

(HR. Ibnu Majah [1612] dll. Atsar ini memiliki banyak jalan yang keseluruhannya mennjukkan atsar ini SHOHIH TANPA DIRAGUKAN. Ulama pakar hadits kalangan madzhab Syafi’i juga menshohihkan riwayat ini, diantaranya Imam Nawawi dalam al Majmu’ [V:285]; al Haitsami dalam Tuhfatul Muhtaaj [III:207], dll. Juga dishohihkan oleh as Syaukani dalam as Saylul Jarror [I:372], Syaikh Syu’aib al Arna’uth dalam Takhrij al Musnad [6905] dll -rohimahumulloh-


Maka atsar shohih di atas MAKIN MEMANTAPKAN KITA AKAN LEMAHNYA RIWAYAT-RIWAYAT YANG TELAH ANA BAHAS DI AWAL KAJIAN DI ATAS.


Walhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin, wa shollalloohu ‘alaa Muhammadin.

Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
0 Comments