Search

Menyingkap syubhat hadits dan atsar yang sering dijadikan ahli bidah sebagai dalil adanya bidah hasanah

Baca Juga :

 



Bismillah

MENYINGKAP SYUBHAT HADITS DAN ATSAR YANG SERING DIJADIKAN AHLI BID’AH SEBAGAI DALIL ADANYA BID’AH HASANAH

By: Berik Said


Mereka menyatakan ada hadits dari MALIK BIN ANAS rodhiallohu bahwa Nabi shollalloohu ‘alayhi wa sallam bersabda:

إنَّ اللهَ نظرَ في قلوبِ العبادِ فَلم يجِد قلبًا أنقَى مِن أصحابي ، و لذلكَ اختارَهم ، فجعلَهم أصحابًا ، فما استَحسَنوا فهو عندَ اللهِ حسَنٌ ، و ما استَقبَحوا فهو عندَ اللهِ قبيحٌ

‘Allah telah melihat hati-hati para hamba-Nya, lalu Dia mendapati sebaik-baiknya hati adalah hati PARA SAHABATKU, karena itulah Allah memilih mereka dan menjadikan mereka sebagai sahabat.

Maka APAPUN YANG DIPANDANG MEREKA BAIK, MAKA DI SISI ALLAH JUGA BAIK, dan APAPUN YANG YANG DIPANDANG MEREKA JELEK, MAKA DI SISI ALLAH JUGA JELEK’.


Redaksi akhir hadits di atas, yakni : ‘APAPUN YANG DIPANDANG MEREKA BAIK, MAKA DI SISI ALLAH JUGA BAIK, dan APAPUN YANG YANG DIPANDANG MEREKA JELEK, MAKA DI SISI ALLAH JUGA JELEK’


Mereka lalu mengatakan hadits itu jadi dalil adanya KEMUNGKINAN BID'AH HASANAH, yakni JIKA KAUM MUSLIMIN MEMANDANG SESUATU SEBAGAI SUATU KEBAIKAN, MAKA DI SISI ALLAH JUGA AKAN DIANGGAP BAIK, 


-Dan masih kata mereka- INI SIFATNYA UMUM, MENCAKUP JUGA APAPUN YANG BELUM TERJADI DI ZAMAN NABI shollalloohu ‘alayhi wa sallam -TERMASUK IBADAH- JIKA KEMUDIAN DIPANDANG KAUM MUSLIMIN BAIK, AKAN JADI HASANAH ! 


Naaah… sekarang

JAWABAN ATAS SYUBHAT DI ATAS


Sebenarnya ada banyak sisi jawaban untuk menjwab syubhat di atas.

Di sini ana sampaikan beberapa sisi jawaban terpenting saja.


Sisi Pertama

Hadits di atas diketengahkan oleh 

• al Khothib dalam Taarikhul Baghdad [IV:165]; dan 

• Ibnul Jauzi dalam al Waahiyaat [I:281]


Hadits di atas bukan hanya lemah, tapi bahkan PALSU !


Penjelasannya sbb:

Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama : سليمان بن عمرو النخعي (Sulaiman bin ‘Amru an Nakho’i).

Sulaiman ini amat sangat bermasalah !


• Kata al Jirjaani : أجمعوا على أنه يضع الحديث ('Mereka -para ulama hadits) sepakat menetapkan bahwa dia (Sulaiman ini) adalah PEMALSU HADITS !')


• Kata Abu Ma’mar al Qothi’ : كذاب جهمي ('PENDUSTA penganut aliran Jahmiyyah ) !'


•Kata Ishaaq bin Rohaawiyah : لا أدري في الدنيا أكذب منه، معروف بالكذب ('Aku tidak mengetahui di muka bumi ini ORANG YANG LEBIH PENDUSTA DIBANDING DIA; dia ini sangat terkenal sebagai pendusta !')


• Kata Ibnu ‘Iroq -rohimahumulloh- : كذاب معروف بالوضع ('Pendusta, yang sudah tenar memalsukan hadits !')


Dan masih banyak lagi perkataan para ulama yang intinya hampir semua sepakat mengatakan ia PENDUSTA, PEMALSU HADITS !


Karena itulah ulama tak heran Syaikh al Albani rohimahulloh menghukumi hadits diatas sebagai : موضوع (Palsu)

(lihat ad Dho’ifah [532]


Kepalsuan hadits ini juga dinyatakan oleh Ibnu ‘Abdil Hadi -sebagaimana dinukilkan al‘Ajluni dalam Kasyful khofa (II:188), dan Ibnul Qoyyim -rohimahumalloh- dalam al-Furusiyyah (hlm. 298), dll.


Atas dasar itulah maka alangkah bagusnya apa yang kemudian dikatakan oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh berikut :


“Sungguh termasuk keanehan di dunia ini adanya beberapa orang yang berargumentasi dengan hadits ini (untuk menetapkan) adanya bid’ah yang baik dalam agama Islam, dan dasar penetapan baiknya bid’ah tersebut adalah kebiasan kaum muslimin dalam mengerjakan perbuatan tersebut ! Tatkala masalah ini dibicarakan (dikritik), mereka langsung berargumentasi dengan hadits (palsu) ini”

(ad Dho’ifah [II:17]


Kesimpulannya hadits di atas sangat batil untuk dijadikan hujjah karena kepalsuannya.


Sisi Kedua

Ada atsar yang isinya hampir senada dengan hadits di atas. 


Tapi bukan hadits, namun PERKATAAN IBNU MAS’UD rodhialloohu ‘anhu, dan BUKAN HADITS NABI shollalloohu ‘alayhi wa sallam.


Redaksinya hampr sama persis di atas, yakni ujung perkataannya :  

Berkata IBNU MAS’UD rodhialloohu ‘anhu :

فما رآهُ المسلِمونَ حَسنًا فَهُوَ عِندَ اللَّهِ حسَنٌ ، وما رآهُ المسلِمونَ قَبيحًا فَهوَ عِندَ اللَّهِ قبيحٌ

‘APAPUN YANG DIPANDANG KAUM MUSLIMIN SEBAGAI SUATU KEBAIKAN, MAKA DI SISI ALLAH JUGA BAIK, dan APAPUN YANG YANG DIPANDANG KAUM MUSLIMIN JELEK, MAKA DI SISI ALLAH JUGA JELEK’


Maka tanggapan atas atsar Ibnu Ma’ud rodhialloohu ‘anhu di atas bisa dijawab sbb:


Atsar di atas diriwayatkan oleh 

• at Thoyaalisi dalam Musnadnya [246]; 

• Abu Nu’aim dalam al Hilyah [I:375-376]; 

• Baihaqi dalam al Madkhol [49]; dll.


Derajat atsar di atas minimal hasan, atau bahkan shohih.


Kata Ahmad Syakir dalam ‘Umdatut Tafsir [I:820] ‘Shohih’; 


Kata al Albani dalam tahqoqnya atas Syarah at Thohawiyah [469] ‘hasan mauquf’; 


Kata Syu’aib al Arna’uth dalam Takhrij Syarah at Thohawiyyah [696] ‘hasan’; 


Kata as Sakhowi dalam al Maqooshid [431]:’Mauquf hasan’. 


Jika telah jelas atsar di atas keshohihannya, maka sekarang pertanyaannya adalah : 'APAKAH ATSAR DI ATAS MENUNJUKKAN DALIL ADANYA BID’AH HASANAH ?'


Jawabannya 

Sama sekali atsar di atas tak menunjukkan BOLEHNYA MENETAPKAN BID’AH HASANAH HANYA KARENA ADA KAUM MUSLIMIN YANG MEMANDANG BAGUS SUATU IBADAH YANG TAK ADA LANDASANNYA DARI QUR’AN, SUNNAH YANG SHOHIH, ATAU IJMA SHAHABAT.  


Karena jika kita melihat KELENGKAPAN ATSAR DI ATAS, maka ucapan Ibnu Mas'ud rodhialloohu 'anhu di atas sebenarnya terkait perkataan beliau setelah peristiwa KESEPAKATAN PARA SHAHABAT rodhialloohu ‘anhum SAAT MENGANGKAT ABU BAKAR rodhialloohu ‘anhu SEBAGAI KHALIFAT SETELAH WAFATNYA NABI shollalloohu ‘alayhi wa sallam.


Hal ini sebagaimana bisa disimak pada Riwayat Hakim dalam al Mustadrok [III:83].


Jadi INI TAK ADA KAITAN DENGAN PENGANGGAPAN BAIK SUATU IBADAH YANG HANYA DIPANDANG BAGUS OLEH ORANG -APALAGI KEBANYAKAN ORANG AWAM- TANPA DIDUKUNG AL QUR’AN, AS SUNNAH, MAUPUN IJMA SAHABAT rodhialloohu ‘anhum.


Kalaupun yang bisa ditetapkan jadi hukum agama adalah IJMA’NYA PARA SHAHABAT rodhialloohu ‘anhum.


Atsar di atas juga KHUSUS TERKAIT DENGAN KEUTAMAAN DAN HUKJAHNYA IJMA SAHABAT, DAN BUKAN ASAL ORANG ISLAM, APALAGI YANG AWAM !


Ini dibuktikan bahwa perkataan Ibnu Abbas di atas awalnya redaksinya :

إنَّ اللَّهَ نظَرَ في قلوبِ العِبادِ فاختارَ مُحمَّدًا صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فبعثَهُ برسالتِهِ ، ثمَّ نظرَ في قلوبِ العبادِ فاختارَ لَه أصحابًا فجعلَهم أنصارَ دينِهِ ووُزَراءَ نبيِّهِ

‘Sesungguhnya Allah telah melihat hati para hamba-Nya, maka ia memilih hati Muhammad shollalloohu ‘alayhi wa sallam (sebagai manusia terbaik hatinya), dan lantas mengutus belia (menjadi rosul) dengan membawa risalah. Kemudia (kembali) Allah melihat hati para hamba-Nya, dan ia memilih untuk beliay SAHABATNYA, dan MENJADIKAN PARA SAHABAT TERSEBUT PENOLONG AGAMA-NYA, DAN PEMBELA NABI-NYA’.


Nah….

Baru setelah itu Ibnu Mas’ud rodhialloohu ‘anhu mengucapkan kalimat :

فما رآهُ المسلِمونَ حَسنًا فَهُوَ عِندَ اللَّهِ حسَنٌ ، وما رآهُ المسلِمونَ قَبيحًا فَهوَ عِندَ اللَّهِ قبيحٌ

‘APAPUN YANG DIPANDANG KAUM MUSLIMIN SEBAGAI SUATU KEBAIKAN, MAKA DI SISI ALLAH JUGA BAIK, dan APAPUN YANG YANG DIPANDANG KAUM MUSLIMIN JELEK, MAKA DI SISI ALLAH JUGA JELEK’


Jadi KAUM MUSLIM yang dimaksudkan oleh Ibnu Mas’ud ini LAFAZH UMUM MAKNANYA KHUSUS, YAKNI KHUSUS PARA SAHABAT rodhialloohu ‘anhum.


Sebab justru KALAU KEBANYAKAN MAUSIA itu mereka UMUMNYA MENYESATKAN DARI JALAN ALLAH, sebagaimana Firman-Nya :

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

 Dan jika kamu MENURUTI KEBANYAKAN ORANG ORANG YANG DI MUKA BUMI INI, niscaya MEREKA AKAN MENYESATKANMU DARI JALAN ALLAH ! (Karena) mereka (KEBANYAKAN MANUSIA) tidak lain hanyalah MENGIKUTI PERSANGKAAN BELAKA, DAN MEREKA TIDAK LAIN HANYALAHE MENGIRA-NGIRA SAJA ! [Al-An’am/6:116]


Dan banyak ayat yang semakna dengan ayat di atas.


Maka KOMUNITAS MAYORITAS MANUSIA YANG LAYAK DIIKUTI itu adalah PARA SHAHABAT rodhialloohu ‘anhum, dan dua generasi setelahnya.


Adapun setelah itu KEBANYAKAN MANUSIA ITU SESAT DAN TAK LAYAK DIJADIKAN PEGANGAN, APALAGI SUMBER HUKUM !


Intinya, atsar di atas TAK ADA KAITAN DENGAN MENETAPKAN ADANYA BID’AH HASANAH HANYA KARENA PENDAPAT MANUSIA DI LUAR IJMA SAHABAT rodhialloohu ‘anhum.


Walhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin, wa shollalloohu ‘alaa Muhammadin …

Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
0 Comments